CARA MENJAGA TRADISI
MAULID NABI MUHAMMAD SAW
(Ust. Muchamad Sofyan Hadi, M.Pd,I*)
Berangkat dari sebuah hadits Qudsi :
لَوْلَاكَ
لَوْلَاكَ يَا مُحَمّد لما خَلَقْتَ الأَفْلَاك
Artinya: Jika bukan
karena engkau wahai Muhammad, tidak akan aku ciptakan alam semesta ini.
Bagaimana logikanya?, katanya Nabi Muhammad SAW ada duluan namun lahirnya belakangan.
? Logika gampangnya begini, kalau ada Sutradara ingin membuat film, mesti
menentukan lakonnya dulu, siapa lakonnya di cerita ini. Misalnya namanya lakonya
adalah Kian Santang, maka untuk membuat film berjudul Kian Santang tentu tidak
hanya ada Kian Santang saja, bisa jadiharus ada ibunya, bapaknya, ada
kerajaannya, ada desanya, ada kampungnya, ada pedagang, dan lain-lainnya. Dari contoh
itu maka menjadi sebab Allah SWT menciptakan Lakon yang bernama Nabi Muhammad
SAW akhirnya yang lainnya menjadi ada / diadakan atau diciptakan.
Jika sudah demikian, keberadaan kita ini adalah sebab keberadaan Rasulullah SAW, lalu apakah untuk bersyukur pada kelahiran Rasulullah SAW kita merasa berat, bahkan ada yang dipermasalahkan. Coba kita berfikir!. Jadi, kalau ada orang, jangankan melarang Maulidan, bertanya saja “apa hukumnya maulidan?”, maka itu sudah masuk perbuatan Dzolim, apalagi mengharam-haramkan dan membid’ah-bid’ahkan. Tentu drajatnya makin tidak jelas.
Kenapa perlu ada kegiatan Sejuta
Shalawat di SMKN 5 Surabaya ini, ada yang bilang “kayaknya terkesan dipaksa bersholawat ?”.
Mari
kita belajar sedikit. Di salah satu desa di Negara Irak, ada cara yang berbeda dalam
memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, umumnya Maulid itu seperti di negara kita ini, bergembera, bersholawat dan lainnya, namun di daerah Irak
tersebut saling bersaing banyak-banyakan membaca Sholawat, ketika datang bulan Robi’l Awal mereka mengurangi vokume
bekerja, mengurangi intensitas duniawi, menambah kualitas dan kuantitas bacaan
sholawatnya, bagus-bagusan, dan banyak-bayakan sholawat. Ketika tiba akhir Robi’ul
Awal mereka keluar dari rumah, saat bertemu tetangganya, mereka saling bertanya
satu sama lain, pertanyaannya adalah “selama Robi’ul Awal berapa kali kamu (mimpi)
bertemu Nabi Muhammad SAW?, ” Luar biasa adat tradsi baik seperti ini, harus
dijaga. Jadi, memang harusnya beda antara bulan Robi’ul Awal dengan yang bukan Robi’ul
Awal, kalau di luar Robi’ul Awal istiqomahnya baca sholawat 10 X, maka di bulan
Robi’ul Awal harunya lebih dari 10X, agar tampak bedanya senang atau tidaknya
sesorang pada Lahirnya Nabi Muhammad SAW.
Makanya panitia kegiatan sepertinya “sedikit memaksa” mengadakan pekan sejuta Sholawat di MKSN 5 Surabaya, mnimal 500X Sholawat dalam 5 hari, berarti 100 perhari. Ayo kita azam dan niatkan dalam hati kita nambah bacaan sholawat agar ada bedanya mahabbah kita pada Rasulullah SAW.
Kenapa tadi kalian
diberikan uang yang ditusuk seperti sate, seperti bendera yang di tancapkan di
pelepah pisang ?
Dalam kitab I’anatut
Tholibin dijelaskan :
من قرأ مولد الرسول صلى الله عليه و سلم على دراهم مسكوكة فضة كانت
او ذهبا و خلط تلك الدراهم مع دراهم اخرى وقعت فيها البركة ولا يفتقر صاحبها ولا
تفرغ يده ببركة مولد الرسول صلى الله عليه و سلم (إعانة الطالبين : 3 – 415)
“Barang siapa yang mebaca Maulid Nabi SAW pada uang, lalu uang itu dicamur dengan uang lainnya, mkaa uang itu jadi berkah dan pemiliknya tidak akan fakir serta tidak akan pernah habis sebab dapat berkah dari kelahiran Nabi Muhammad SAW”
Jadi siapa yang punya uang terus dibacakan “Maulid” (hakikatnya disholawati) kemudian uang itu disimpan di dalam dompet dan dicampur dengan uang lainnnya, maka uang dalam dompet itu menjadi barokah. Syaratnya : di dalam dompet harus ada uangnyaya bukan uang dari maulid saja. Dan hal ini tidak dikatakan sebagai klenik.
Andaikan ada orang menetang
barokah, dan mengatakan tabarukkan itu merupakan sebuah kekufuran,
bagaimana dengan sahabat-sahabat Nabi yang hidup sezaman dengan Nabi dan Nabi
membenarkan?. Dalam kitab syaifu Anwar, kitab Syamail,
dan kitab lainnya dijelaskan bahwa sahabat-sahabat Nabi banyak yang tabaruukan
ke Nabi, contohnya adalah sayyidina
Bilal Bin Robbah, tatkala Kanjeng Nabi
Muhammad SAW hendak berwudhu, sayyidina Bilal mengambil wadah untuk wudhunya
Nabi dan mengguyurkan air wudhu ke Nabi, namun oleh Sayyidina Bilal, Air bekas yang
menetes dari anggota wudhunya Rasulullah tidak dibiarkann jatuh ke tanah, ditadahi
oleh sayyidina Bilal Bin Robah, setelah itu dibawah oleh Bilal Bin Robah, dan
sahabat lainnya yang mengetahui air sisa wudhu Nabi langsung berebut. Air itu diusapkan ke wajah mereka, Sampai-sampai sahabat
yang tidak kebagian air tersebut, meminta air yang masih menempel di wajah
sahhabat yang kebagian air sisa wudhu Rasulullah SAW.
Ketahuilah, Peristiwa itu terjadi di depan Rasulullah dan Rasulullah tidak melarang hal itu. Lalu bagaimana bisa mengatakan tabarrukan itu kafir ?
Tolong beragama ini dibiasakan dari membaca At-Thurats (kitab keilmuan karangan ulama) jangan dari Google!. Karena dikhawatirkan banyaknya yang tidak menyukai agama ini namun menguasai IT lalu menulis di internet dan menciptakan mainset seolah agama yang benar ternyata itu justru merusak agama. Ironinya generasi kita saat ini minim yang mampu membadah dan mengkaji At-Thurats itu, padahal sumbernya masih original dari kitab-kitab kuning itu.
Dalam kitab I’anah
At-Tholibin :
Syakh Ma’ruf Al-Karhi mengatakan : “Siapa yang menyajikan makanan untuk pembacaan Maulidur Rosul, untuk mengumpulkan saudara-saudaranya, menghidupkan pelita dan memakai pakaian yang baru, dan memakai wangi-wangian dst. Maka Allah akan membangkitkan pada hari kiamat nanti mereka itu beserta golongan yang utama dari golongan para nabi dan ditempatkan pada derajat yang tinggi”
Semua ibadah, Istighfar, sholat, tahlil, membaca Qur’an, Shodaqoh, dan sebagainya itu harus diberi syarat Ikhlas baru diterima oleh Allah, Namun satu-satunya ibadah yang tidak butuh ikhlas, riyakpun, Sombongpun, tetap diterima oleh Allah SWT, itu adalah Sholawat. Hanya Sholawat yang menjadi satu-satunya ibadah yang tidak mungkin tidak diterima. Sedangkan ibadah lainnya belum bisa dipastika diterima atau tidaknya. Maka dari itu ayo didawamkan, diperbanyak membaca sholawat.
Jika ada yang mengatakan orang sholawat ini kafir, bid’ah. Dari mana ? Lokgika ilmunya, justru orangyang ahli sholawat tidak mungkin kafir. Karena tidak mungkin muncul kekufuran menyamakan Nabi Muhammad dengan Allah. Karena terkesan mengkultuskan Nabi Muhammad berlebihan, ini orang yang tidak mengerti ilmunya.
Kuncinya pahami maksud sebuah sholawat, misalnya lafadz Allahumma Shollai ‘Ala Sayyidina Muhammad, lafadz ini jika dimaknai “Ya Allah (Engkau) Limpahkanlah Rahmat kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW”. Jika dipikir, siapa yang memberikan dan siapa yang menerima?, siapa Yang punya Rahmat, siapa yang menerima Rahmat ?, tentu yang memberi adalah Allah SWT dan yang menerima adalah Nabi Muhammad SAW. Jadi, Sehebat-hebatnya kita memuji Nabi Muhammad sampe sundul langit (nabrak langit) tetap yang memberi adalah Allah SWT dan Nabi Muhammad hanya sebagai penerima bukan pemberi, lantas dimana letaknya kita mensejajarkan Nabi Muhammad dengan Allah ?. maka sangat tidak mungkin orang bersholawat itu kufur.
Ada yang mengkritik diba’,
yang baca diba’ itu kafir. Karena muji Muhammad berlebihan. Mereka mengkritik kalimat : Anta Syamsun
anta badrun, anta nuurun fauqo Nuur (Nabi Muhammad Engkat laksana Matahari,
Engkau laksana bulan purnama, Engkau cahaya di atas cahaya), bagi golongan
tertentu menganggap itu adalah Allah. Maka berani mengkafirkan pembaca Diba’. Ini
meandakan orang itu belum padahm dengan bahasa Arab apalagi balaghoh.
Mari kita bandingkan : Dalam QS. An-Nur : 35 adal lafadz Nuurun ‘ala Nuurin sedangkan di kitab maulid Diba’ kalimatnya Nuurun Fauqo Nuur. Sementara secara makna memang sama namun secara fungsi ini berbeda, Kalimat ‘Ala maknanaya di atas (tanpa batas tertinggi), sedangkan Fauqo bermakna di atas (terbatas di permukaan benda), maka bisa dipastikan derajat ‘Ala lebih tinggi daripada Fauqo. Maka jangan khawatir sesat kalau membaca Maulid diba’, jangan khawatir untuk tetap berahlus sunnah wal jama’ah.
Allah itu, jika sudah membuat hambanya benci, maka akan sangat benci pada sesorang, tapi jika dibuat cinta, maka juga trlalu cintanya pada orang lain. Ada Fir’aun musuhnya Nabi Musa, tapi yang merawat Nabi Musa (saat kecil) adalah Fir’aun itu sendiri, Ada Abu Lahab, sosok yang sangat benci pada Nabi Muhamad SAW, tapi yang jadi panitia kelahirannya nabi Muhammad SAW itu adalah Abu Lahab sendiri.
Luar biasanya Abu Lahab ini sangking senengnya dengan kelahiran bayi (Nabi) Muhammad SAW , budaknya Abu Lahab yang bernama Su’aibah dilepaskan dan disuruh untuk membantu Aminah (ibunda Nabi Muhammad SAW) karena akan saat itu akan melahirkan, bahkan sampai Nabi Muhammad Lahirpun Su’aibah (Budaknya Abu Lahab) menyusui bayi Nabi Muhammad SAW. Maka, sebab Abu Lahab senang sampai-sampai membebaskan budaknya hingga menyusui bayi Nabi Muhammad SAW, Abu Lahab setiap hari senin diringankan Siksanya oleh Allah SWT, dan diberi hak oleh Allah untuk dapat minum air yang bisa dikeluarkan dari cela antara jempol dan telunjuknya abu lahab (sebagai gambaran Bayi Rasulullah yang juga pernah disusui oleh Su’aibah, budak Abu Jahal).
Ini abu Lahab, orang yang dicatat oleh Allah sebagai orang yang amalnya seperti fatamorgana, itu masih bisa mendapatkan fadhilah mahabbah lahirnya Nabi Muhammad SAW. Lantas, bagaimana dengan Muslim Mukmin seperti kita ini?. kita harus Yakin bahwa kita mampu mendapatkan fadhilahnya juga.
Ayo Jaga adab saat mahalul Qiyam, jangan sampai tradisi rebutan jajan, hadiah dan sejenisnya bersamaan dengan Mahallul qiyam. Karena saat itulah Rasulullah hadir, sangat tidak elok jika kita sibuk rebutan makanan saat ada Nabi Muhammad, Perhatikan betul Dhomirnya “Ya Nabi Salam ‘Alaika”. Dhomir Ka (كَ) itu artinya Kamu/Engkau, (Anta). Secara logika jika berbicara sama orang dengan kata kamu, berarti orangnya ada di hadapan kita. Maka ayo disiasati dengan meletakkan susuanan acara berebut makanannya di akhir-akhir setelah mahallul Qiyam selesai.
* Ketua
Takmir Masjid Darul Ilmi dan Guru PAI SMKN 5 Surabaya. | disampaikan
saat Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1443 H di SMKN 5 Surabaya
Dokumentasi Kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1443 H
Video Kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1443 H
Persiapan dan Pelaksanaan
0 komentar:
Posting Komentar