Salam Silaturahmi dari Guru PAI SMKN 5 Surabaya

Tata Niat, terus Ikhtiyar dan Doa serta Tawakkal Pada Allah Swt

SHOLEH LUAR DALAM

Semangat mengaji tanpa batas

Ikhtiyar dengan AL-Qur'an dan Sholawat

#Dirumahaja|Temukan Kesholehan bersama orang tercinta

SEMANGAT IBADAH DENGAN MENGHARAP RIDHO ALLAH

Karena bisa jadi bukan ibadahmu yang menyelamatkanmu

Follow Us in Instagram

ngaji bersama GPAI Stembaya

# SELAMAT DATANG DI SITUS RESMI GURU MAPEL PAI SMKN 5 SURABAYA, NGAJI SEPANJANG HAYAT | INFO : SELAMA MASA PEMBELAJARAN DI RUMAH, PEMBELAJARAN PAI DIPUSATKAN DI SITUS RESMI INI, BAGI SISWA-SISWI SMKN 5 SURABAYA SILAHKAN KOORDINASI DENGAN GURU PAI MASING-MASING UNTUK BERSAMA-SAMA MEMBERDAYAKAN SITUS INI DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH # .....

Sabtu, 11 Desember 2021

BELAJAR DARI RUMINI & UWAIS AL-QORNI

 BELAJAR DARI RUMINI & UWAIS AL-QORNI

(M. Alfithrah Arufa, M.Pd.I)


Nama Rumini mungkin hanya dikenal di kampungnya, dikenal sahabat-sahabatnya, kerabat dan tetangganya saja. Itu dulu, pasca bencana erupsi gunung Semeru awal Desember 2021, namanya mencuat viral meramaikan media massa baik online maupun media cetak, siapa sebenarnya Rumini ini ? dalam beberapa ungkapan yang dilontarkan di berbagai media setidaknya diungkapkan bahwa Rumini seorang wanita yang dianggap berbakti pada ibunya di lembar akhir hidupnya.

 

Dikutib dari https://news.detik.com [Esti Widiyana - 07 Desember 2021] :

“Rumini (28) dan ibunya Salamah (70) ditemukan meninggal dunia dalam kondisi berpelukan. Mereka merupakan korban erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12). Rumini yang memilih menemani ibunya saat erupsi terjadi, menyisakan rasa haru di masyarakat. Rumini tetap menemani ibunya yang tak sanggup berjalan karena faktor usia. Saat erupsi Gunung Semeru terjadi, warga saling berhamburan keluar rumah menyelamatkan diri. Rumini bisa saja lari dan menyelamatkan diri saat itu. Namun hati kecil Rumini berat meninggalkan sang ibunda sendirian di rumah. Warga Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro, Lumajang ini tetap berada di dalam rumah saat erupsi terjadi. Rumini memeluk ibunya hingga keduanya ditemukan meninggal dunia.”

Kabar ini tiba-tiba menjadi magnet perhatian banyak orang. Rasa haru dan salut pada sosok Rumini bersautan di berbagai media dan pembicaraan pasca erupsi Semeru itu, hal ini harus menjadi pelajaran penting bagi siapapun dalam berbakti pada orang tua terlebih kepada Ibu.

Semua orang bisa berlari dari bencana, tapi tidak semua orang bisa lari dari hati nuraninya, mungkin ungkapan ini yang dihadirkan oleh rumini ketika semua panik menyelamatkan dirinya masing-masing, teriakan tim SAR atau petugas desa serta masyarakat sekitar saut-sautan “Ayo Lari... Lari...!!!”, sepertinya teriakan tersebut adalah hantaman keras bagi Rumini dan Ibunya, Rumini harus memilih antara anjuran orang-orang itu atau menjaga ibunya. Dalam posisi genting sepeti itu, tentu tidaklah mudah mengambil keputusan, hanya cinta yang besar, Iman yang kuat, serta ketulusan paripurna yang harus dihadirkan dalam pilihan terdarurat seperti itu.

 Renugkanlah Sabda Rasulullah SAW ketika mengabarkan peranan orang tua : Beliau Bersabda : “Mereka (orang tua) adalah (yang menyebabkan) Surgamu atau Nerakamu” (HR. Ibnu Majah)

 Jika dikaitkan dengan peristiwa dilematikanya mbak Rumini, maka hal ini tentu bukan masalah hidup atau mati saja, ini adalah bukti bakti seorang anak pada wanita yang telah melahirkan dan merawatnya hingga dewasa. Peristiwa ini membuat ribuan hati manusia yang mengikuti kisah haru Rumini yang wafat berpelukan dengan ibu tercintanya ini sebagai kisah yang layak diperbincangkan, mengingat ini bukan saja tertimbun abu vulkanik yang berbahaya akan tetapi besarnya timbunan doa dalam balutan akhir kisah yang khusnul khotimah untuk keduanya.

Pada dasarnya ada banyak kisah inspiratif baktinya seorang anak pada ibundanya, diantaranya adalah kisah Uwais Al-Qorni yang tidak tenar di daerahnya sendiri (di dunia), namun tenar di “langit”. Uwais Al-Qorni mampu menggemparkan kampung halamannya sendiri (Kota Yaman) dengan kebaikannya. Ketika wafatnya bagitu banyak yang mengurus jenazahnya, bahkan terkadang tidak ada yang mengenal siapa tamu-tamu yang mengurus jenazahnya itu, penduduk kota Yaman tercengang dengan hal itu, lalu semua warga keheranan  dan bertanya-tanya “siapakah sebenarnya Uwais Al-Qorni itu?”.  Belakangan barulah penduduk Yaman mengetahui bahwa Uwais Al-Qorni adalah Penghuni Langit (Manusia yang terkenal di Langit). 

Terlepas dari panjangnya kisah Berbaktinya Uwasi Al-Qorni pada Ibundanya yang tua dan lumpuh, setidaknya kita dapat mengilustrasikannya pada kisah sosok wanita bernama Rumini dan ibunya dalam kisah kaki gunung Semeru di negeri ini. Kisah ini harusnya menginspirasi banyak mata hati yang mulai redup akan makna berbakti pada orang tua, atau mulai sesat mencari jalan meraih ridha orang tua. Mungkin Larinya Rumini untuk menghindari bencana bagaikan “larinya” Uwais Al-Qorni meninggalkan ibundanya (atas izin ibunya) dari Yaman ke Madinah menempuh jarah 400 Km menuju kediaman Rasulllah SAW, Nabi yang sangat dirindukannya. Namun tujuannya itu tidak tercapai, hanya ada sautan Istri Rasulullah Siti Aisyah R.a yang mengatakan “ Rasulullah sedang di Medan perang”. 

Uwais sempat kecewa tidak berjumpa dengan Rasulullah Saw secara langsung, ingin rasanya menunggu di depan kediaman Rasulullah sampai Rasulullah Kembali dari medan perang, Namun Uwais Al-Qorni teringat Ibunya, yang berpesan “cepat pulang ke Yaman, engkau harus lekas pulang!”. Akhirnya sebab ketaatan pada ibunya ini, keinginan hatinya untuk bertemu Rasulullah SAW dikalahkan. Dan pamit pada Siti Aisyah R.a, serta titip salam ke Rasulullah Saw. Kemudian beranjak melangkahkan kakinya menuju Ibunya di Yaman.  Mungkin Rumini bukanlah Uwais Al-Qorni yang diistimewakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai manusia yang musatajabah doanya sebagaimana yang disampaikan oleh Raslullah SAW kepada Sayyidina Umar Bin Khottob dan Ali bin Abi Thalib kala itu. Namun Rumini mampu memilih antara orang tuanya dan hal lainnya yang bagi sebagian orang adalah sebuah kebahagiaan dan keselamatan. Inilah pelajaran.

Rumini berlari ke mana ?, iya berlari ke Ibunya. Jawaban ini menjadi tanda akan kuatnya cinta wanita 28 tahun ini pada sang Ibundanya. Kerinduan, kekhawatiran berbalut Iman dan Taqwa semacam ini diharapkan dapat menjadi jalan meraih ridho Allah melalui Ridhanya orang tua. Semoga Rumini dan Ibunya termasuk dari hamba Allah yang Khusnul Kotimah.

Dan akhirnya kitapun diminta merenung, haruskah melalui letusan gunung, banjir bandang, angin kencang, ombak besar dan bencana lainnya, agar dapat membuka mata hati kita dalam berbakti pada orang tua?. Marilah, dimulai dari hal yang kecil, dimulai dari menjaga akhlak, muliakan, mendoakan, menjaga dan merawat orang tua sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, para sahabat, pengikutnya serta para ulama, dan juga melalui kisah-kisah inspiratif lainnya yang juga berakhir dengan cerita indah khusnul khotimah.

 Semoga tulisan al-Faqir ini dapat memeberikan sedikit resonansi positif dan bermanfaat.

Mohon maaf, Walahu A’lam Bis Showwab 



BENCANA ALAM : UJIAN ATAU ADZAB ?

BENCANA ALAM : UJIAN ATAU ADZAB ?

(Ust. Muchamad Sofyan Hadi, M.Pd.I)


Bencana alam bertubi-tubi melanda negeri kita tercinta. Mulai dari banjir di berbagi wilayah, gempa bumi, longsor dan baru saja kita menyaksikan gunung semeru meletus.  Beberapa kalangan mengaitkan bencana tersebut dengan rezim pemerintahan yang menyimpang dan dzalim.   Bencana yang melanda warga negara kita disebut-sebut sebagai azab yang diturunkan oleh Allah. Betulkah anggapan demikian?  

Menurut pandangan Syekh Abdul Qadir al-Jilani, bencana tidak datang sebagai adzab bagi orang mukmin. Namun sebaliknya sebagai bentuk cobaan.   Beliau berkata:

  واعلموا ان البلية لم تأت المؤمن لتهلكه وانما اتته لتختبره  

 "Ketahuilah bahwa cobaan tidak datang kepada seorang mukmin untuk merusaknya, namun datang untuk menguji keimanananya.” (Sayyid Ja’far al-Barzanji, al-Lujaini ad-Dani fi Manaqibis Syaikh Abdil Qadir al-Jilani, h. 136).

Seorang mukmin diberi musibah oleh Allah, dengan tujuan diuji sebatas mana tingkat keimanannya. Apakah ia semakin jauh dari Tuhan, atau  semakin dekat.   Banyak kita jumpai, orang yang terkena bencana, ia frustasi, pesimis, bahkan cenderung menyalahkan Tuhan.   Bagi kaum beriman, bencana yang melanda , hendaknya menjadi bahan introspeksi diri akan kesalahan-kesalahan nya. Mungkin, masih banyak melakukan kemaksiatan atau masih sering menyakiti orang lain, atau masih sering melalaikan kewajiban-kewajiban.   Sebagaimana disabdakan oleh Sayyidina Umar bin Khattab:  

 حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا، وزنوها قبل أن توزنوا  

"Introspeksilah diri kalian sebelum amal kalian diteliti, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang."   

Fenomena bencana alam seharusnya bukan menjadi ajang untuk mengintrospeksi amal orang lain atau mencari-cari kesalahannya. Apalagi mengambing-hitamkan terjadinya bencana atas perbuatan atau kebijakan pihak tertentu. Sungguh hal tersebut bukan merupakan sikap yang ideal bagi seorang mukmin.   Agama kita melarang seorang mukmin untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Ditegaskan dalam firman-Nya:

   وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا  

 “Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.” (QS al-Hujurat: 12)

Terkait larangan dalam ayat tersebut, al-Imam al-Baghawi menjelaskan :

التجسس هو البحث عن عيوب الناس، نهى الله تعالى عن البحث عن المستور من أمور الناس وتتبع عوارتهم حتى لا يظهر على ما ستره الله منها  

"Tajassus adalah meneliti aib-aib manusia. Allah melarang meneliti urusan yang samar dari orang lain, dan melarang meneliti aib-aib mereka. Sehingga ia tidak memperlihatkan aib orang lain yang telah ditutupi oleh Allah SWT  .” (Tafsir al Baghawi, juz 4, h. 262)  

Maka, sebagai orang yang beriman, hendaknya kita memahami bahwa bencana tersebut sesungguhnya merupakan cobaan bagi kita semua.   Bencana mengajarkan kepada kita untuk menjadi pribadi mukmin yang lebih berkualitas lagi, lebih dewasa menghadapi perbedaan-perbedaan, bukan justru sebaliknya.  

Imam Syafi’i  menganjurkan seorang muslim hendaknya memperbanyak istighfar dan berdoa kepada Allah sambil tetap mengharap perlindungan dari-Nya. 

Misalnya, ketika terjadi bencana alam seperti gempa bumi dan longsor, seorang muslim dapat membaca doa sebagai berikut.

 اللَّهُـمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي 

Aku berlindung kepada-Mu dengan kebesaran-Mu agar aku tidak diserang/ditelan dari arah bawah (bumi) (HR. Nasa'i no. 5529). 

Rasulullah juga mengajarkan doa ketika kita tertimpa bencana atau musibah:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُـمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا

Sesungguhnya kita milik Allah, dan kita akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala atas musibah yang menimpaku dan gantilah untukku dengan yang lebih baik darinya (HR. Muslim no. 918).

Di samping berdoa untuk diri sendiri, seorang muslim juga dianjurkan untuk mendoakan keselamatan saudara muslim lainnya. 

Rasulullah  bersabda: 

 مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلاَّ قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ

Tidak ada seorang hamba Muslim yang berkenan mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan kecuali malaikat mendoakan orang yang berdoa tersebut dengan kalimat “Kamu juga mendapat sama persis sebagaimana doa yang kamu ucapkan itu” (HR. Muslim no. 2732).

 

Selanjutnya seorang muslim, ketika ia menghadapi suatu bencana, maka ia seyogianya bersabar. 

Allah berfirman:

 اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ - ١٥٦

Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali) (QS. Al-Baqarah [2]: 156).

Rasulullah bersabda:

" عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَ

Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya (HR.Muslim no. 2999).

Di samping itu, seorang muslim juga harus menyadari bahwa bencana yang ia alami merupakan ujian dari Allah untuk meningkatkan kualitasnya. 

Allah berfirman: 

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya (QS. Al-Baqarah [2]: 286).

Bahkan, Allah akan hapus segala dosa seorang muslim yang sabar ketika tertimpa musibah.

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya (HR. Bukhari no. 5641-5642).

Meski musibah adalah bukan sesuatu yang menyenangkan, tetapi seorang muslim harus tetap berhusnudzan kepada Allah. Ia harus yakin bahwa segala sesuatu yang telah Allah tetapkan untuknya adalah baik. 

Rasulullah bersabda:

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ

Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat) (HR. Bukhari no. 7405).

Bencana alam tentunya adalah sebuah musibah yang tidak mudah untuk dihadapi. Namun demikian, Islam telah mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita sebagai muslim menghadapinya. 

Dan teruntuk saudara-saudara kita yang tertimpa musibah bencana erupsi gunung semeru dan musibah yang lain dimana saja marilah kita bersama-sama berdoa semoga diberikan kekuatan, kesabaran, dan keselamatan. Untuk korban yang wafat semoga  diberi tempat yang terbaik di sisi-Nya, diampuni segala dosa-dosanya dan diterima amalnya Aamiin.

Wallahu a'lam bish shawab.



Selasa, 07 Desember 2021

SEHATLAH !!! AGAR NYAMAN BERIBADAH

 SEHATLAH… !!!
AGAR NYAMAN  BERIBADAH
(Ust. Muchamad Sofyan Hadi, M.Pd.I) 


Segala puji bagi Allah SWT  atas segala nikmat-Nya. Shalawat dan salam terindah semoga senantiasa tercurah atas teladan kita Rasulillah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan semua orang-orang yang istiqamah di atas ajarannya hingga ajalnya  tiba.

Kesehatan dalam Islam adalah perkara yang penting, ia merupakan nikmat besar yang harus disyukuri oleh setiap hamba. Terkait pentingnya kesehatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس الصحة والفراغ

“Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari: 6412)

Terkadang seseorang memiliki badan yang sehat, akan tetapi ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan hidupnya. Terkadang seseorang memiliki waktu luang namun badannya tidak sehat. Apabila kedua nikmat ini dimiliki oleh seseorang, lalu rasa malas lebih mendominasi dirinya untuk melakukan ketaatan kepada Allah, maka dialah orang yang tertipu. (Fathul Bari : 14/184)

Salah satu cara mensyukuri nikmat sehat adalah dengan menjaga nikmat sehat itu sendiri. Dalam Al-Qur`an banyak terdapat ayat-ayat perintah untuk menjaga kesehatan, di antaranya adalah:

وكلوا مما رزقناكم حلالا طيبا واتقوا الله الذي أنتم به مؤمنون

“Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepada kalian  sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kamu kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS. Al-Maidah: 88)

Intinya dalam ayat ini Allah ta’ala memerintahan kita untuk memakan makanan yang tak sebatas halal saja, namun ia juga harus baik agar tidak membahayakan kesehatan kita.

Dalam hadits-hadits Nabi juga banyak tersirat perintah untuk menjaga kesehatan, di antaranya adalah :

ما ملأ آدمي وعاء شرا من بطن, بحسب ابن آدم أكلات يقمن صلبه,

 فإن كان لا محالة فثلث لطعامه, وثلث لشرابه, وثلث لنفسه

“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut, cukup baginya beberapa suapan yang menegakkan tulang punggungnya, apabila tidak mampu maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya, dan sepertiga untuk nafasnya.” (HR. At-Tirmidzi: 2380, Ibnu Majah: 3349)

Intinya, dalam hadits di atas Nabi Muhammad SAW melarang umatnya untuk berlebih-lebihan dalam hal makan dan minum. Makan dan minum secara berlebihan akan berdampak buruk bagi kesehatan seseorang; baik kesehatan jasmaninya maupun rohaninya.

Menurut dr. Zaidul Akbar, International Consultant of Herbs and Thibbun nabawi mengungkapkan bahwa umat Islam diseluruh belahan dunia seharusnya mengikat hati nya dengan thibbun nabawi dalam kehidupan sehari-harinya karena contoh dan dokter terbaik bagi umat Islam adalah firman Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

Berkaitan dengan upaya kita dalam menjaga kesehatan d idalam kitab Thibbun Nabawi karya Syaikh Ibn Qoyyim Al Jauziyah, disampaikan beberapa hal penting yang harus kita perhatikan, antara lain :

ü  Siapa orang berbekam kemudian memakan garam maka ia bisa tertimpa penyakit kulit.

ü  Siapa orang memakan ikan dan telur secara bersamaan sehingga terkumpul dalam satu lambungnya maka ia bisa tertimpa penyakit Stroke, dan penyakit wasir.

ü  Siapa orang yang terus menerus memakan telur maka akan keriput kulit wajahnya.

ü  Siapa orang yang sering makan makanan diasinkan, maka ia bisa tertimpa penyakit panu kadas, kurap, serta kerusakan Jaringan otak

ü  Siapa orang yang masuk ke WC dalam keadaan perut kenyang maka ia akan tertimpah penyakit lumpuh (Stroke), dan liver.

ü  Siapa orang yang meminum susu lalu memakan ikan secara bersamaan, sehingga berkumpul dalam satu lambung, maka ia bisa tertimpa penyakit radang persendian (rematik) dan penyakit belang

Inilah sebagian peringatan para ulama’ salaf terkait kebiasaan dan makanan kita sehari-hari. Demikianlah Islam mengajarkan hidup sehat dan memerintahkan untuk menjaga kesehatan. Seorang muslim yang sehat akan mampu beribadah kepada Allah SWT secara maksimal, karena memang tujuan manusia hidup hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Allah ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُوْنَ

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (Allah).” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Demikian semoga bermanfaat.  wallahu a’lam bis shawab

 

gpaismkn5sby. Diberdayakan oleh Blogger.