NgajOL
sesi-4
SEPUTAR INFAQ,
SHODAQOH DAN JARIYAH
Infaq dari kata nafaqoh, artinya memberi nafaqoh /
harta. Shodaqoh adalah pemberian dengan tujuan
mengaharapkan/mencari pahala dari Allah SWT. Sedangkan, Jariyah
artinya mengalir. biasa dikaitkan dengan amal jariyah atau shodaqoh jariyah
artinya shodaqoh yang pahalanya tetap mengalir meskipun si pemberi sudah
meninggal, misalnya wakaf. Atau memberikan sesuatu yang bernilai manfaat dan
bersifat tidak mudah rusak ketika diambil manfaatnya. jadi jariyah masuk
shodaqoh, dan shodaqoh masuk infaq. infaq lebih bersifat umum.
وتأوّل بعض أصحابه قول عمر علـى أن الزكاة هنا النفقة كحديث: «إذا أنفق الـمسلـم علـى أهله كانت له صدقة» وتعقب بأن اسم الزكاة لا يطلق علـى النفقة لغة ولا شرعاً، ولا يقاس علـى لفظ صدقة لأن اللغة لا تؤخذ بـالقـياس، وأيضاً فـالصدقة لا تطلق علـى النفقة وإنـما وصفت بـالصدقة فـي الـحديث لأنه يؤجر علـيها، وحجة الـجمهور عموم حديث: «تؤخذ من أغنـيائهم فترد علـى فقرائهم» والقـياس علـى زكاة الـحرث والفطر والولـي هو الـمخاطب بـالزكاة فـيأثم بترك إخراجها لا الطفل.
Keterangan dalam syarah muwatho - Syaikh az-zarqoniy Zakat termasuk shodaqoh juga, tapi shodaqoh yang bersifat wajib.
خُذْ
مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ
عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ
صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ
عَلِيمٌ [٩:١٠٣[
"Wahai Rasul, ambillah sedekah dari harta orang-orang yang bertobat itu, yang dapat membersihkan mereka dari dosa dan kekikiran dan dapat mengangkat derajat mereka di sisi Allah. Doakanlah mereka dengan kebaikan dan hidayah, karena sesungguhnya doamu dapat menenangkan jiwa dan menenteramkan kalbu mereka. Allah Maha Mendengar doa dan Maha Mengetahui"
Pertanyaan :
Mohon penjelasannya Ustad.. Apakah boleh
sodakoh atau zakat pake uang haram ? apakah bisa uang haram disucikan agar bisa
menjadi halal dan bisa disodaqohkan?
Penjelasan:
Sesungguhnya Allah tidak menerima shadaqah / zakat dengan yang haram, dan tidak akan menerima do’anya, berikut dasarnya :
Sesungguhnya Allah tidak menerima shadaqah / zakat dengan yang haram, dan tidak akan menerima do’anya, berikut dasarnya :
وأما قوله صلى الله عليه و سلم ولا صدقة من غلول فهو بضم الغين والغلول الخيانة وأصله السرقة من مال الغنيمة قبل القسمة وأما قول بن عامر ادع لى فقال بن عمر رضي الله عنهما سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول لا يقبل الله صلاة بغير طهور ولا صدقة من غلول وكنت على البصرة فمعناه أنك لست بسالم من الغلول فقد كنت واليا على البصرة وتعلقت بك تبعات من حقوق الله تعالى وحقوق العباد ولا يقبل الدعاء لمن هذه صفته كما لا تقبل الصلاة والصدقة الا من متصون والظاهر والله أعلم.
Perhatikan keterangan dalam Kitab Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim Juz 3 Halaman 104
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من اصاب مالا من ماثم فوصل به رحما او تصدق به انفقه في سبيل الله جمع الله جميعه ثم قذفه فى النار
Rosululloh bersabda: barang siapa yang memperoleh harta dari pekerjaan dosa,kemudian ia pergunakan untuk menyambung kerabat atau disedekahkan di jalan Allah SWT, maka Allah akan mengumpulkan semuanya dan melemparkannya ke neraka.
Ada keterangan dalam kitab ihya'
Ulumuddin juz 2 halaman 91.
ﻭﻓﻰ ﻧﻔﺲ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﺍﺟﺮﺓ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺍﻟﺬﻯ ﻳﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﻟﻤﻌﺼﻴﺔﺣﺮﺍﻡ ﻭﺍﻟﺘﺼﺪﻕ ﺑﻪ ﻣﻨﻬﺎ ﻻﻳﺠﻮﺯ ﻭﻻﻳﺼﺢ . ﺇﻫـ
Ongkos pekerjaan yang berhubungan dengan maksiat itu haram, dan mensedekahkannya juga tidak boleh dan tidak sah. [ Ihya ulumuddin juz 2 hal.91].
Imam Nawawi dalam kitabnya, " Al-Majmu' " menuqil pendapat dari Imam Al-Ghozali yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki harta yang harom dan ingin bertaubat maka jika pemilik harta tersebut masih hidup, wajib mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya atau wakilnya,dan jika pemiliknya sudah meninggal dunia diberikan kepada ahli warisnya,dan jika tidak diketahui pemiliknya, maka harta tersebut hendaknya dibelanjakan untuk kemaslahatan kaum muslimin yang bersifat umum, semisal untuk membangun masjid.
Pendapat yang dikemukakan oleh Imam
Ghozali tersebut juga dituturkan oleh beberapa ulama' madzhab syafi'i yang lain,Imam
Ghozali juga meriwayatkan pendapat tersebut dari Mu'awiyah bin Abu Sufyan
rodhiyallohu 'anhu,Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Al-Harits Al-Muhasibi dan yang
lainnya bahwasanya tidak diperbolehkan membuang harta tersebut dengan cara
membuangnya, namun dibelanjakan untuk kemaslahatan kaum muslimin.
Berdasarkan uraian dari Imam Ghozali diatas, diperbolehkan membangun masjid dengan harta yang dihasilkan dari pekerjaan yang harom, seperti harta yang dihasilkan dari penjualan minuman keras. Dan hal tersebut dilakukan bukan dalam rangka sedekah namun sebagai bentuk taubat seseorang yang memiliki harta harom.
Kesimpulannya:
· Tidak sah shodaqoh atau zakat dari harta harom
· Ketika si pelaku ingin bertaubat, maka harta tersebut harus
dikembalikan pada si empunya atau wakilnya, jika empunya sudah wafat maka
serahkan pada ahli warisnya, jika tidak ada maka harta tersebut tidak boleh
dibuang atau dipendam, namun ditasarrufkan pada kemashlahatan muslimin. Tasaruf
ini tidak dikatakan shodaqoh, namun bentuk pembebasan diri dari harta harom
tsb. Wallahu a'lam.
Dasar rujukan dari kitab Al-Majmu' Juz : 9 Hal : 351
ﻓﺮﻉ : ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﻪ ﻣﺎﻝ ﺣﺮﺍﻡ ﻭﺃﺭﺍﺩ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻭﺍﻟﺒﺮﺍﺀﺓ ﻣﻨﻪ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﻣﺎﻟﻚ ﻣﻌﻴﻦ ﻭﺟﺐ ﺻﺮﻓﻪ ﺇﻟﻴﻪ ﺃﻭ ﺇﻟﻰ ﻭﻛﻴﻠﻪ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻴﺘﺎ ﻭﺟﺐ ﺩﻓﻌﻪ ﺇﻟﻰ ﻭﺍﺭﺛﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻟﻤﺎﻟﻚ ﻻ ﻳﻌﺮﻓﻪ ﻭﻳﺌﺲ ﻣﻦ ﻣﻌﺮﻓﺘﻪ ﻓﻴﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺼﺮﻓﻪ ﻓﻲ ﻣﺼﺎﻟﺢ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﻛﺎﻟﻘﻨﺎﻃﺮ ﻭﺍﻟﺮﺑﻂ ﻭﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻭﻣﺼﺎﻟﺢ ﻃﺮﻳﻖ ﻣﻜﺔ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻣﻤﺎ ﻳﺸﺘﺮﻙ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻓﻴﻪ ﻭﺇﻻ ﻓﻴﺘﺼﺪﻕ ﺑﻪ ﻋﻠﻰ ﻓﻘﻴﺮ ﺃﻭ ﻓﻘﺮﺍﺀ ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺘﻮﻟﻰ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻋﻔﻴﻔﺎ ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻋﻔﻴﻔﺎ ﻟﻢ ﻳﺠﺰ ﺍﻟﺘﺴﻠﻴﻢ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﺈﻥ ﺳﻠﻤﻪ ﺇﻟﻴﻪ ﺻﺎﺭ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﺿﺎﻣﻨﺎ ﺑﻞ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺤﻜﻢ ﺭﺟﻼ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﻠﺪ ﺩﻳﻨﺎ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻓﺎﻥ ﺍﻟﺘﺤﻜﻢ ﺃﻭﻟﻰ ﻣﻦ ﺍﻻﻧﻔﺮﺍﺩ ﻓﺈﻥ ﻋﺠﺰ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ ﺗﻮﻻﻩ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﻫﻮ ﺍﻟﺼﺮﻑ ﺇﻟﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺠﻬﺔ ﻭﺇﺫﺍ ﺩﻓﻌﻪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻔﻘﻴﺮ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﺣﺮﺍﻣﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻘﻴﺮ ﺑﻞ ﻳﻜﻮﻥ ﺣﻼﻻ ﻃﻴﺒﺎ ﻭﻟﻪ ﺃﻥ ﻳﺘﺼﺪﻕ ﺑﻪ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﻋﻴﺎﻟﻪ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻓﻘﻴﺮﺍ ﻷﻥ ﻋﻴﺎﻟﻪ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻓﻘﺮﺍﺀ, ﻓﺎﻟﻮﺻﻒ ﻣﻮﺟﻮﺩ ﻓﻴﻬﻢ ﺑﻞ ﻫﻢ ﺃﻭﻟﻰ ﻣﻦ ﻳﺘﺼﺪﻕ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻟﻪ ﻫﻮ ﺃﻥ ﻳﺄﺧﺬ ﻣﻨﻪ ﻗﺪﺭ ﺣﺎﺟﺘﻪ ﻷﻧﻪ ﺃﻳﻀﺎ ﻓﻘﻴﺮ ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﺬﻱ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻔﺮﻉ ﺫﻛﺮﻩ ﺁﺧﺮﻭﻥ ﻣﻦ ﺍﻷﺻﺤﺎﺏ ﻭﻫﻮ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟﻮﻩ ﻭﻧﻘﻠﻪ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﺃﻳﻀﺎ ﻋﻦ ﻣﻌﺎﻭﻳﺔ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻋﻦ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ ﻭﺍﻟﺤﺎﺭﺙ ﺍﻟﻤﺤﺎﺳﺒﻲ ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻮﺭﻉ ﻷﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺇﺗﻼﻑ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻭﺭﻣﻴﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺤﺮ ﻓﻠﻢ ﻳﺒﻖ ﺇﻻ ﺻﺮﻓﻪ ﻓﻲ ﻣﺼﺎﻟﺢ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻋﻠﻢ
Wallahu A’lam Bis Showwab
Semoga dapat difahami dan membawa
manfaat.
Nara Sumber : Ust. Muchamad Sofyan Hadi,
M.Pd.I
Pertanyaan terkait dapat dituliskan di kolom Komentar
Baca Juga : HARTA YANG DIBAWAH MATI
Baca Juga : HARTA YANG DIBAWAH MATI