Salam Silaturahmi dari Guru PAI SMKN 5 Surabaya

Tata Niat, terus Ikhtiyar dan Doa serta Tawakkal Pada Allah Swt

SHOLEH LUAR DALAM

Semangat mengaji tanpa batas

Ikhtiyar dengan AL-Qur'an dan Sholawat

#Dirumahaja|Temukan Kesholehan bersama orang tercinta

SEMANGAT IBADAH DENGAN MENGHARAP RIDHO ALLAH

Karena bisa jadi bukan ibadahmu yang menyelamatkanmu

Follow Us in Instagram

ngaji bersama GPAI Stembaya

# SELAMAT DATANG DI SITUS RESMI GURU MAPEL PAI SMKN 5 SURABAYA, NGAJI SEPANJANG HAYAT | INFO : SELAMA MASA PEMBELAJARAN DI RUMAH, PEMBELAJARAN PAI DIPUSATKAN DI SITUS RESMI INI, BAGI SISWA-SISWI SMKN 5 SURABAYA SILAHKAN KOORDINASI DENGAN GURU PAI MASING-MASING UNTUK BERSAMA-SAMA MEMBERDAYAKAN SITUS INI DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH # .....

Sabtu, 02 Mei 2020

NGAJOL SESI 16 : MENUNDA-NUNDA QADHA PUASA


NgajOL sesi-16
MENUNDA-NUNDA QADHA PUASA

Pertanyaan :
Adakah qoul /pendapat Ulama yang mengatakan bahwa orang yang sakitnya bertahun-tahun, hanya diwajibkan membayar fidyah tanpa mengqodho ? semisal ada orang yang sakit menerus hingga 20 tahun kemudian sembuh dan akhirnya kuat berpuasa

Penjelasan :
Berikut kami sajikan beberapa hukum terkait fidyah dan qodlo' puasa :

1.    Kalangan Syafiiyah berpendapat bila pengakhiran qadha puasa tersebut sebab adanya udzur yang Istimroor (terus menerus) baginya cukup mengqadha puasa tanpa menyertakan membayar fidyah.

2.    ومن أخر قضاء رمضان مع إمكانه حتى دخل رمضان آخر لزمه مع القضاء لكل يوم مد لأن ستة من الصحابة رضي الله عنهم قالوا بذلك ولا مخالف لهم ويأثم بهذا التأخير
قال في المجموع ويلزمه المد بدخول رمضان أما من لم يمكنه القضاء لاستمرار عذره حتى دخل رمضان فلا فدية عليه بهذا التأخير

Bagaimana Hukum Menunda Membayar Hutang Puasa Ramadhan Lalu ...Artinya : Barang siapa yang mengakhirkan qadha puasa ramadhan padahal berkesempatan mengqadhanya hingga memasuki ramadhan yang lain (ramadhan berikutnya) wajib baginya mengqodlo' disetiap hari yang pernah ia tinggalkan dan menyertainya dengan satu MUD (6,25 gram) karena enam shahabat nabi menyatakan masalah ini dan tidak ada perbedaan diantara mereka, dan ia berdosa sebab mengakhirkannya.

3.    Imam Nawawy berkata dalam kitab ‘al-Majmuu’ :

"Dan wajib baginya satu Mud sebab mengakhirkannya hingga masuk ramadhan berikutnya, sedang bagi yang tidak berkesempatan mengqadhainya karena udzurnya yang terus berlangsung hingga memasuki ramadhan berikutnya maka tidak berkewajiban membayar fidyah (sehari satu mud) sebab pengakhiran qadhanya itu. [ Kitab Iqnaa’  juz 1].

Pertanyaan :
Lalu, apakah ada pendapat yang mengatakan tidak perlu mengqodo' ?

Penjelasan :
Ada, yaitu pendapat Ibn Abbas, Ibn Umar, Sa’id Bin Jubir dan Qataadah yang menyatakan : “Puasa yang ada dijalani, puasa yang telah lewat fidyahnya dibayari dan tidak ada qadha puasa lagi”.

} فرع} في مذاهب العلماء في من أخر قضاء رمضان بغير عذر حتى دخل رمضان آخر
قد ذكرنا ان مذهبنا انه يلزمه صوم رمضان الحاضر ثم يقضى الاول ويلزمه عن كل يوم فدية وهى مد من طعام وبهذا قال ابن عباس وابو هريرة وعطاء بن أبي رباح والقاسم بن محمد والزهرى والاوزاعي ومالك والثوري واحمد واسحق الا ان الثوري قال الفدية مدان عن كل يوم وقال الحسن البصري وابراهيم النخعي وابو حنيفة والمزني وداود يقضيه ولا فدية عليه أما إذا دام سفره ومرضه ونحوهما من الاعذار حتى دخل رمضان الثاني فمذهبنا انه يصوم رمضان الحاضر ثم يقضى الاول ولا فدية عليه لانه معذور وحكاه ابن المنذر عن طاوس والحسن البصري والنخعي وحماد بن ابى سليمان والاوزاعي ومالك واحمد واسحق وهو مذهب ابى حنيفه والمزنى وداود قال ابن المنذر وقال ابن عباس وابن عمر وسعيد بن جبير وقتادة يصوم رمضان الحاضر عن الحاضر ويفدى عن الغائب ولا قضاء عليه

[ al-Majmuu’ alaa Syarh al Muhaddzab juz 6]

Wallahu a'lam


Semoga manfaat.


Nara Sumber : Ust. Muchamad Sofyan Hadi, M.Pd.I

Pertanyaan terkait dapat dituliskan di kolom Komentar


BACA JUGA : 


NGAJOL SESI 15 : SIAPAKAH YANG BERHAK MENERIMA FIDYAH ?


6 Golongan Kena Bayar Fidyah & Cara Pengiraannya, Salah Satunya ...
NgajOL sesi-15
PENERIMA FIDYAH

Pertanyaan :
Ngapunten...  anak anak pondok (santri2) itu boleh tidak menerima fidyah ? Misalnya khusus untuk pondok2 kecil yang baru dirintis.

Penjelasan :
Penanya yang berbahagia, Fidyah itu hanya untuk faqir miskin. kalau santri  yang faqir miskin maka juga berhak menerima.

ومصرف الفدية الفقراء والمساكين فقط دون بقية الاصناف الثمانية المارة في
قسم الصدقات لقوله تعالى * (وعلى الذين يطيقونه فدية طعام مسكين) * والفقير أسوأ حالا منه، فإذا جاز صرفها إلى المسكين فالفقير أولى
[Kitab Iqna' juz 1 ]

Tambahan ibaroh :
وَمَصْرِفُ الْفِدْيَةِ الْفُقَرَاءُ وَالْمَسَاكِينُ) خَاصَّةً لِأَنَّ الْمِسْكِينَ ذُكِرَ فِي الْآيَةِ وَالْحَدِيثِ وَالْفَقِيرُ أَسْوَأُ حَالًا مِنْهُ

Yang berhak menerima tasarufnya fidyah itu khusus pada fuqoro' dan orang-orang miskin saja karena miskin itu disebut pada alqur'an dan hadis..sedangkan fuqoro' itu keadaannya lebih parah dari pada miskin. [ Kitab mahalli juz 1  ].

) والكفارة ) أن يخرج ( عن كل يوم مد وهو ) كما سبق ( رطل وثلث بالعراقي ) أي البغدادي وبالكيل نصف قدح بالمصري ومصرف الفدية الفقراء والمساكين فقط دون بقية الأصناف الثمانية المارة في قسم الصدقات لقوله تعالى  { وعلى الذين يطيقونه فدية طعام مسكين } والفقير أسوأ حالا منه فإذا جاز صرفها إلى المسكين فالفقير أولى ولا يجب الجمع بينهما

[Kitab iqna'  juz 1 hal 244 ].

Wallahu a'lam


Semoga manfaat.

Nara Sumber : Ust. Muchamad Sofyan Hadi, M.Pd.I

Pertanyaan terkait dapat dituliskan di kolom Komentar


BACA JUGA : 


Jumat, 01 Mei 2020

NGAJOL SESI 14 : TELINGA BERDENGUNG, PERTANDA APA ?


Telinga Mendengung Pertanda Nabi SAW Sedang Kangen dengan Umatnya ...
NgajOL sesi-14
SAAT TELINGA BERDENGUNG, PERTANDA APA ?

Pertanyaan :
Ngapunten....Tentang telinga berdenging. Ada yang bilang bila telingamu berdenging bacalah istighfar lalu tiupkan ke tangan kemudian tempelkan ke telinga yang berdenging. Apakah ini sekedar anjuran turun temurun atau ada dalilnya ? Mohon penjelasanya kyai....

Penjelasan :
قال صلى الله عليه و سلم إذا طنت أذن أحدكم فليذكرني و ليصل علي و ليقل ذكر الله من ذكرني بخير قال المناوي فإن الأذن إنما تطن لما ورد على الروح من الخبر الخير و هو أن المصطفى صلى الله عليه و سلم قد ذكر ذلك الإنسان بخير في الملاء الأعلى في عالم الأرواح ~ العزيزي على الجامع الصغير

Kanjeng Nabi Saw bersabda : "jika telinga salah seorang kalian berdengung,maka hendaknya ia mengingat aku dan membaca shalawat kepadaku serta mengucapkan : "dzakarallahu man dzakarani bi khair".
Komentar imam al manawi : "sesungguhnya telinga itu berdengung hanya ketika datang berita baik bahwa rasulullah saw telah menyebutkan orang (pemilik telinga) tersebut dengan kebaikan di al mala' al a'la (majelis tertinggi) di alam ruh".
[Kitab  jami' as-shaghir ]



Wallahu a'lam

Semoga manfaat.

Nara Sumber : Ust. Muchamad Sofyan Hadi, M.Pd.I

Pertanyaan terkait dapat dituliskan di kolom Komentar


BACA JUGA : 


NGAJOL SESI 13 : SEJARAH & FADHILAH KURMA AJWA


Cara Membedakan Kurma Ajwa Palsu dan Asli | Tagar
NgajOL sesi-13
Sejarah dan Fadhilah Kurma Rasul (Ajwa)

Pertanyaan :
Tanya tadz, mengapa kurma Ajwah disebut kurma Rosul ?

Penjelasan :
Penanya yang budiman, 
Sejarah Kurma Ajwa Berdasarkan asbabul wurud (sebab-sebab turunnya suatu hadist) disebutkan dulu Nabi Muhammad s.a.w kalau berbuka puasa yang dimakan adalah kurma. Kurma yang dimakan itu diberi nama Kurma Ajwa (ajua). Ceritanya, pada saat itu Ajwah adalah nama anak Salman Alfarisi, orang nasrani yang akhirnya masuk Islam. Dan mewakafkan lahan/kebun kurmanya untuk perjuangan Islam.

Untuk mengenang jasa-jasanya itu, akhirnya Rasul menamakan kurma yang dimakannya saat berbuka puasa sebagai kurma ajwa. Itulah alasannya kenapa, akhirnya kurma ajwa disebut juga sebagai kurma nabi. Bahkan, dalam hadist yang lain Beliau sendiri sempat menyatakan, “Rumah yang tidak ada kurmanya seperti rumah yang tidak ada makanan.

Perkataan Rasullah tersebut menunjukan betapa pentingnya manfaat kurma untuk kesehatan tubuh kita. Sehingga, setiap keluarga mesti menyimpan kurma sebagai penganan wajib dirumahnya. Oleh karena itu, kita seharusnya memakan buah kurma bukan hanya dibulan puasa saja, tapi juga menjadikan kurma makanan sehari-hari. Entah itu dimakan pagi hari sebagaimana yang pernah dianjurkan Nabi dalam hadits atau sebagai makanan ringan ketika sedang santai.

Dengan cara begini, kita tidak hanya mendapatkan kesehatan tubuh tapi juga memperoleh pahala karena menjalankan sunnah Rasullah s.a.w.

Wallahu’alam bil shawab.

)الحديث – حدثنا ) إسحاق بن منصور ( أخبرنا ) أبو أسامة ( حدثنا ) هاشم بن هاشم ( قال سمعت ) عامر بن سعد ( سمعت ) سعدا  رضي الله عنه يقول سمعت رسول الله يقول من تصبح سبع تمرات عجوة لم يضره ذلك اليوم سم ولا سحرهذا طريق آخر في الحديث المذكور أخرجه عن إسحاق بن منصور بن بهرام المروزي عن أبي أسامة حماد بن أسامة إلى آخرهقوله سبع تمرات وفي رواية الكشميهني بسبع تمرات بزيادة الباء الموحدة


Wallahu a'lam

Semoga manfaat.


Nara Sumber : Ust. Muchamad Sofyan Hadi, M.Pd.I

Pertanyaan terkait dapat dituliskan di kolom Komentar


BACA JUGA : 

Kamis, 30 April 2020

NGAJOL SESI 12 : SIANG HARI RAMADHAN, SUAMI ISTRI "BERMESRAAN", BATALKAH PUASANYA ?


NgajOL sesi-12

BATAL ATAU TIDAK ?
PUASANYA SUAMI ISTRI YANG SEKEDAR BERMESRAAN

Pertanyaan :
Ngapunten (mohon maaf) ustadz.. jika sedang berpuasa di bulan Romadlan, pada siang hari suami istri melakukan (maaf) pemanasan saja seperti ketika akan berhubungan intim tapi tidak sampai memasukan alat vital. Apakah perkara tsb bisa membatalkan puasa?

Terjaganya Cinta, Kunci Hubungan Suami Istri
Penjelasan :
Penanya yang budiman, kalau dari perbuatan itu sampai terjadi inzal (keluar mani) maka puasanya jadi batal tapi kalo tidak sampai inzal, maka puasanya tidak batal.

Lihat kitab kasyifatus saja/119

ثم اعلم ان الواطئ إن علت عليه المرأة ولم يحصل منه حركة ولم ينزل لم يفطر ، أما إذا أنزل فإنه يفسد صومه كالإنزال بالمباشرة فيما دون الفرج

 Kitab Hasyiah bajuri juz1 /292

وحرم نحو لمس كقبلة إن حرك شهوة لخوف الإنزال ،وإلّا فتركه أولى إذ يسن للصائم ترك الشهوات ، وإنما لم يحرم لضعف احتمال أداءه إلى الإنزال


Tapi ingat, Hukumnya haram walaupun tidak batal puasanya.
- Lihat kitab hasiyah qolyubi (2/75) :

تنبيه : النظر والفكر المحرك للشهوة كالقبلة فيحرم وإن لم يفطر به

- Kitab hasiyah al bujairomi (2 / 75) :

والنظر والفكر المحركان للشهوة كالقبلة فيحرمان وإن لم يفطر كما في ق ل على الجلال

Dan Hukumnya haram dan batal jika sampai keluar mani, lihat kitab fiqhul manhaji :

اﻻﺳﺘﻤﻨﺎء: ﻭﻫﻮ اﺳﺘﺨﺮاﺝ اﻟﻤﻨﻲ ﺑﻤﺒﺎﺷﺮﺓ ﺗﻘﺒﻴﻞ ﻭﻧﺤﻮﻩ، ﺃﻭ ﺑﻮاﺳﻄﺔ اﻟﻴﺪ، ﻓﺈﻥ ﺗﻌﻤﺪ ﺫﻟﻚ اﻟﺼﺎﺋﻢ ﺃﻓﻄﺮ. ﺃﻣﺎ ﺇﻥ ﻏﻠﺐ ﻋﻠﻰ ﺃﻣﺮﻩ ﻓﻼ ﻳﻔﻄﺮ. ﻫﺬا ﻭﺗﻜﺮﻩ اﻟﻘﺒﻠﺔ ﻓﻲ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻛﺮاﻫﺔ ﺗﺤﺮﻳﻢ ﻟﻤﻦ ﺣﺮﻛﺖ ﺷﻬﻮﺗﻪ، ﺭﺟﻼ ﻛﺎﻥ ﺃﻭ اﻣﺮﺃﺓ، ﻷﻥ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺗﻌﺮﻳﻀﺎ ﻹﻓﺴﺎﺩ اﻟﺼﻮﻡ. ﺃﻣﺎ ﻣﻦ ﻟﻢ ﺗﺤﺮﻙ ﺷﻬﻮﺗﻪ، ﻓﺎﻷﻭﻟﻰ ﻟﻪ ﺗﺮﻛﻬﺎ ﺣﺴﻤﺎ ﻟﻠﺒﺎﺏ. ﺭﻭﻯ ﻣﺴﻠﻢ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎﻟﺖ: " ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻳﻘﺒﻠﻨﻲ ﻭﻫﻮ ﺻﺎﺋﻢ. ﻭﺃﻳﻜﻢ ﻳﻤﻠﻚ ﺇﺭﺑﻪ ﻛﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻳﻤﻠﻚ ﺇﺭﺑﻪ ". ﻗﺎﻝ اﻟﻌﻠﻤﺎء: ﻭﻣﻌﻨﻰ ﻛﻼﻡ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ: ﺃﻧﻪ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻟﻜﻢ اﻻﺣﺘﺮاﺯ ﻋﻦ اﻟﻘﺒﻠﺔ، ﻭﻻ ﺗﺘﻮﻫﻤﻮا ﻣﻦ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﺃﻧﻜﻢ ﻣﺜﻞ اﻟﻨﺒﻲ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻓﻲ اﺳﺘﺒﺎﺣﺘﻬﺎ، ﻷﻧﻪ ﻳﻤﻠﻚ ﻧﻔﺴﻪ، ﻭﻳﺄﻣﻦ اﻟﻮﻗﻮﻉ ﻓﻲ ﻗﺒﻠﺔ ﻳﺘﻮﻟﺪ ﻣﻨﻬﺎ ﺇﻧﺰاﻝ ﺃﻭ ﺷﻬﻮﺓ، ﺃﻭ ﻫﻴﺠﺎﻥ ﻧﻔﺲ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ، ﻭﺃﻧﺘﻢ ﻻ ﺗﺄﻣﻨﻮﻥ ﺫﻟﻚ.
Wallahu a'lam

Semoga manfaat.


Nara Sumber : Ust. Muchamad Sofyan Hadi, M.Pd.I

Pertanyaan terkait dapat dituliskan di kolom Komentar



NGAJOL SESI 11 : SUAMI ISTRI WAJIB TAHU | SIAPA YANG KENA KAFFARAT SAAT JIMA' DI BULAN RAMADHAN


4 Jurus Meredakan Rasa Cemburu yang Perlu Dicoba
NgsjOL Sesi-11

SUAMI ISTRI JIMA’ DI BULAN RAMADHAN,
SIAPA YANG KENA KAFFARAT ?


Pertanyaan :
Ustadz, ngapunten (mohon maaf).... Jika suami istri ber-jima' di saat dia puasa bulan Romadhon, maka siapakah yang diwajibkan qodho' dan tunaikan kafarat-nya ?

Penjelasan :
Penanya yang dirahmati Allah Swt., dalam hal ini, pendapat yang paling shahih : kewajiban kaffarat hanya  buat suami

ويقول في الكفارة ثلاثة اقوال (اصحها) تجب علي الزوج خاصة (والثانى) تجب عليه عنه وعنها (والثالث) يلزم كل واحد منهما كفارة والاصح علي الجملة وجوب كفارة واحدة عليه خاصة عن نفسه فقط وانه لا شئ على المرأة ولا يلاقيها الوجوب وذكر الدارمي وغيره في المسألة أربعة اقوال هذه الثلاثة (والرابع) يجب علي الزوج في ماله كفارتان كفارة عنه وكفارة عنها

Terdapat tiga pendapat dalam masalah KAFFARAT (denda pelanggaran) sebab persenggamaan di siang bulang ramadhan :

1.    Kewajiban kaffaratnya khusus bagi suami (pendapat paling shahih).
2.    Kewajiban kaffaratnya bagi suami untuk dirinya dan untuk istri (satu kaffarat untuk mereka berdua).
3.    Masing-masing suami istri wajib mengeluarkan kaffaarat. Pendapat paling shahih adalah yang menyatakan ‘kewajiban kaffarat khusus bagi suami’ sebagai denda buatnya sendiri dan untuk istri tidak diwajibkan sesuatupun (kecuali qadha).
4.    Kewajibannya bagi suami hanya saja dia wajib mengeluarkan dua kaffaarat dari hartanya, satu kaffarat untuk dirinya dan satu kaffarat untuk istrinya (ini pendapat ad-Daraamy dan lainnya).
[ al-Majmu’ ‘ala Syarh alMuhadzdzab juz 6 /331].


Pertanyaan :
Andaikan suami batalin puasa dulu pake makan dan minum terus menjimak istrinya, apakah masih ada kewajiban kaffarot ?

Penjelasan :
Penanya yang berbahagia, menurut Imam Malik dan imam Hanafy wajib kaffarat sedang menurut Imam Syafi’I dan imam hanbaly tidak wajib….

Berikut dasar Rujukan :

فلا تجب على موطوء لأن المخاطب بها في الخبر المذكور هو الفاعل ولا على نحو ناس من مكره وجاهل ومأمور بالإمساك لأن وطأه لا يفسد صوما ولا على من وطئ بلا عذر ثم جن أو مات في اليوم لأنه بان أنه لم يفسد صوم يوم و لا على مفسد غير صوم كصلاة أو صوم غيره ولو في رمضان كأن وطئ مسافر أو نحوه امرأته ففسد صومها أو صومه في غير رمضان كنذر وقضاء لأن النص ورد في صوم رمضان كما مر وهو مخصوص بفضائل لا يشركه فيها غيره أو مفسد له ولو في رمضان بغير وطء كأكل واستمناء لأن النص ورد في الوطء وما عداه ليس في معناه و لا على من ظن وقت الوطء ليلا أي بقاءه أو دخوله أو شك فيه فبان نهارا أو أكل ناسيا وظن أنه أفطر به ثم وطئ عامدا أو كان صبيا لسقوط الكفارة بالشبهة في الجميع ولعدم الإثم فيما عدا ظن دخول الليل بلا تحر أو الشك فيه و لا على مسافر وطئ زنا أو لم ينو ترخصا لأنه لم يأثم به للصوم بل للزنا أو للصوم مع عدم نية الترخص ولأن الإفطار مباح له فيصير شبهة في درء الكفارة وذكر الشك المفرع على قولي ولا شبهة من زيادتي قوله ( أو أكل ناسيا وظن أنه أفطر به ) أما إذا علم أنه لا يفطر به ثم جامع في يومه فيفطر وتجب الكفارة
(Kitab Syarh al-Minhaj juz 3/345)

أن يفسد الصوم بالجماع وحده: فإن أكل ثم جامع، لا كفارة عليه، ولا كفارة بغير الجماع كالأكل والشرب والاستمناء باليد، والمباشرة فيما دون الفرج المفضية إلى الإنزال.
(Kitab Al-Fiqh al-Islam Wa adillatuh juz 3/97)


Wallahu a'lam
Semoga manfaat.


Nara Sumber : Ust. Muchamad Sofyan Hadi, M.Pd.I

Pertanyaan terkait dapat dituliskan di kolom Komentar



Rabu, 29 April 2020

NGAJOL SESI 10 : WANITA - HAIDMU ISTIMEWA DI BULAN RAMADHAN


Doa Buka Aura Wajah Sendiri Secara Islami - Kompasiana.com
NgajOL Sesi- 10
SEPUTAR HAID SAAT BULAN SUCI


Pertanyaan :
Ustadz... amalan apa yang dapat dilakukan perempuan yang HAID saat bulan Ramadhan, agar tidak sampai hilang kesempatan istimewa ini ?

Penjelasan :
Dalam kitab Taqrib dijelaskan, ada delapan jenis ibadah yang dilarang bagi perempuan yang sedang haid atau nifas, yakni shalat, puasa, membaca Al-Qur'an, menyentuh dan membawa mushaf, masuk masjid, thawaf, jima', dan bersenang-senang di sekitar organ kemaluan. Ulama berbeda pendapat dengan delapan larangan yang dianut mayoritas ulama Syafi’iyah ini. Misalnya, madzhab Maliki secara mutlak membolehkan membaca Al-Qur’an (bukan memegang/menyentuh), dan madzhab Hanbali membolehkan i’tikaf di masjid.

Bulan Ramadhan menjadi momen melipatgandakan kebaikan. Perempuan yang sedang haid atau nifas memang mendapat batasan untuk menunaikan ibadah-ibadah tersebut. Namun, ia bisa melakukan ibadah-ibadah lain yang jumlahnya lebih banyak, dan anjurannya memang jelas dalam dalil-dalil yang bersifat umum. Contoh ibadah-ibadah tersebut di antaranya :
1.    Mencari ilmu.
Mencari ilmu menjadi pilihan bagus ibadah bagi perempuan yang sedang haid atau nifas, baik dilakukan secara otodidak dengan membaca buku atau kitab, ataupun melalui bimbingan guru dengan mendatangi majelis-majelis ilmu (termasuk Majlis Ngaji Online yang sekarang sedang musim) Mencari ilmu dalam Islam bersifat wajib (faridlah). Manfaatnya yang sangat besar bagi diri sendiri dan orang lain membuat kegiatan tersebut masuk kategori ibadah, bahkan setara dengan jihad.

 تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ فَإِنَّ تَعَلُّمَهُ لِلهِ خَشْيَةٌ، وَطَلَبَهُ عِبَادَةٌ، وَمدَارَسَتَهُ تَسْبِيحٌ، وَالْبَحْثُ عَنْهُ جِهَادٌ

“Belajarlah ilmu, sesungguhnya belajar ilmu kerana Allah adalah suatu bentuk ketakwaan. Mencari ilmu adalah ibadah, menelaahnya adalah tasbih, dan mengkajinya adalah jihad.” (HR Ad-Dailami)

2.    Berdzikir
Dzikir adalah perbuatan yang dianjurkan untuk siapa saja dan kapan saja. Dzikir adalah indikasi hidupnya hati. Rasulullah dalam hadits riwayat Imam Bukhari bersabda: “Perumpamaan antara orang yang dzikir pada Tuhannya dan yang tidak, seperti antara orang yang hidup dan yang mati”. Jenis dzikir sangat banyak, bisa berupa ucapa tasbih, tahmid, takbir, hauqalah, dan lain sebagainya. Aktif dalam majelis istighotsah, tahlilan, atau forum dzikir lainnya karena itu termasuk bernilai ibadah. 

Dalam konteks Ramadhan, umat Islam dianugerahi kesempatan Lailatul Qadar yang disebut Al-Qur’an setara dengan serbu bulan. Meski banyak ulama yang meyakini momen itu jatuh pada sepuluh terakhir Ramadhan, sejatinya jadwal pastinya hanya Allah yang tahu. 

Perempuan haid/nifas, sebagaimana umat Islam pada umumnya, sangat dianjurkan menfaatkan hari demi hari, detik demi detik, sepanjang bulan suci ini untuk beribadah, termasuk berdzikir. Sayyidah Aisyah RA pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasul, andaikan aku bertemu Lailatul Qadar, doa apa yang bagus dibaca? Rasul menjawab : 
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي   
"Allâhumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annî,’ (Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai orang yang minta ampunan. Karenanya ampunilah aku).” (HR Ibnu Majah).

3.    Berdoa.  Doa juga menjadi pilihan ibadah yang mudah dan sangat dianjurkan bagi perempuan yang sedang haid atau nifas. Dalam sebuah hadits doa disebut sebagai mukhkhul ‘ibâdah (otak dari ibadah). Doa bisa dilafalkan dengan bahasa apa saja, kapan saja, dan oleh siapa saja, termasuk oleh perempuan yang sedang haid atau nifas. Doa mengandung ikhtiar mendekatkan diri kepada Allah.

4.    Melakukan kegiatan sosial.  Di samping ibadah-ibadah yang bersifat ritual, umat Islam juga diperintahkan untuk memperbanyak kegiatan positif yang bersifat sosial. Kegiatan sosial tersebut bisa berupa pergaulan yang baik, menanam pohon, memberi kepada yang membutuhkan, memudahkan urusan orang lain, mengajar, menyediakan buka puasa, dan lain sebagainya.  

    Di bulan suci Ramadhan ibadah bernuansa sosial itu tercermin, misalnya, dalam perintah untuk menyuguhkan buka puasa walaupun hanya sebiji kurma. Artinya, aktivitas perempuan haid yang menghidangkan sajian berbuka untuk keluarga terhitung ibadah. 

Selain contoh di atas masih banyak bentuk ibadah lain yang bisa dilakukan perempuan yang tengah menstruasi atau nifas. Lalu, Bagaimana dengan membaca Al-Qur’an? Seperti disebutkan di atas, ulama berbeda pendapat soal ini. Dalam madzhab Syafi’i ulama sepakat bahwa perempuan haid/nifas tidak diperkenankan menyentuh atau membawa mushaf. Tapi sebagian lain membolehkan membaca Al-Qur’an (tanpa menyentuhnya) dengan niat dzikir, doa, atau mempelajarinya. 

Mengenai hal ini dalam kitab I'anatuth Thalibin dijelaskan:
 وإن قصد الذكر وحده أو الدعاء أو التبرك أو التحفظ أو أطلق فلا تحرم لأنه عند وجود قرينة لا يكون قرأنا إلا بالقصد ولوبما لا يوجد نظمه فى غير القرأن كسورة الإخلاص

"Apabila ada tujuan berdzikir saja atau berdoa, atau mencari berkah atau menjaga hafalan, atau tanpa tujuan apa pun (selama tidak berniat membaca Al-Qur'an) maka (membaca Al-Qu'an bagi perempuan haid) tidak diharamkan. Kerena ketika dijumpai suatu qarinah, maka yang dibacanya itu bukanlah Al-Qur'an kecuali jika memang dia sengaja berniat membaca Al-Qur'an. Walaupun bacaan itu seseungguhnya adalah bagian dari Al-Qur'an semisal surat al-ikhlas." 

Wallahu a'lam
Semoga manfaat.


Nara Sumber : Ust. Muchamad Sofyan Hadi, M.Pd.I

Pertanyaan terkait dapat dituliskan di kolom Komentar


BACA JUGA 





NGAJOL SESI 9 : SHOLAT SAMBIL MEMEJAMKAN MATA ?


NgajOL Sesi-9

Pertanyaan :
Ustadz bagaimana hukumnya sholat dengan merem / memejamkan mata? Boleh kah? .terus kalau gak boleh adakah dalil yang melarang hal itu?

Penjelasan :
Penanya yang budiman, hal seperti itu Hukumnya MAKRUH, terkecuali ada kepentingan dalam memejamkan matanya seperti agar dapat lebih khusyu’, tidak terganggu dengan pandangan matanya, khawatir melihat hal-hal yang haram maka tidak lagi makruh bahkan lebih baik ketimbang matanya terbuka.

2017 - Goresan Tinta Emasذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ - الْحَنَفِيَّةُ وَالْمَالِكِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ وَبَعْضُ الشَّافِعِيَّةِ - إِلَى كَرَاهَةِ تَغْمِيضِ الْعَيْنَيْنِ فِي الصَّلاَةِ لِقَوْل النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلاَةِ فَلاَ يُغْمِضُ عَيْنَيْهِ . وَاحْتَجَّ لَهُ - أَيْضًا - بِأَنَّهُ فِعْل الْيَهُودِ ، وَمَظِنَّةُ النَّوْمِ . وَعَلَّل فِي الْبَدَائِعِ : بِأَنَّ السُّنَّةَ أَنْ يَرْمِيَ بِبَصَرِهِ إِلَى مَوْضِعِ سُجُودِهِ وَفِي التَّغْمِيضِ تَرْكُهَا .
وَالْكَرَاهَةُ عِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ تَنْزِيهِيَّةٌ .وَاسْتَثْنَوْا مِنْ ذَلِكَ التَّغْمِيضَ لِكَمَال الْخُشُوعِ ، بِأَنْ خَافَ فَوْتَ الْخُشُوعِ بِسَبَبِ رُؤْيَةِ مَا يُفَرِّقُ الْخَاطِرَ فَلاَ يُكْرَهُ حِينَئِذٍ ، بَل قَال بَعْضُهُمْ : إِنَّهُ الْأَوْلَى . قَال ابْنُ عَابِدِينَ : وَلَيْسَ بِبَعِيدٍ
قَال الْمَالِكِيَّةُ : وَمَحَل كَرَاهَةِ التَّغْمِيضِ مَا لَمْ يَخَفِ النَّظَرَ لِمُحَرَّمٍ ، أَوْ يَكُونُ فَتْحُ بَصَرِهِ يُشَوِّشُهُ ، وَإِلاَّ فَلاَ يُكْرَهُ التَّغْمِيضُ حِينَئِذٍ .وَاخْتَارَ النَّوَوِيُّ : أَنَّهُ لاَ يُكْرَهُ - أَيْ تَغْمِيضُ الْعَيْنَيْنِ - إِنْ لَمْ يَخَفْ مِنْهُ ضَرَرًا عَلَى نَفْسِهِ ، أَوْ غَيْرِهِ فَإِنْ خَافَ مِنْهُ ضَرَرًا كُرِهَ


Mayoritas Ulama Fiqh (Hanafiyyah, Malikiyyah, Hanabilah dan sebagian Syafi’iiyyah) menilai makruhnya shalat dengan memejamkan kedua mata berdasarkan sabda Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam “Bila salah seorang diantara kalian berdiri menjalankan shalat, maka janganlah memejamkan kedua matanya”. (HR. at-Thabrany dalam Mu’jam al-Kabiir XI/34).
Alasan kemakruhan diatas karena disinyalir memejamkan mata saat ibadah merupakan perbuatan orang-orang Yahudi, dapat kebablasan ketiduran dan disebutkan dalam al-Badaa-I’ (juga kebanyakan kitab fiqih lainnya) bahwa yang sunah adalah mengarahkan pandangan pada tempat sujudnya dan dengan terpejam berarti meninggalkannya.

Kemakruhannya menurut kalangan Hanafiyyah tergolong MAKRUH TANZIIH
Dikecualikan dari ketentuan diatas memejamkan mata untuk menggapai sempurnanya kekhusyuan, dalam arti mengkhawatirkan hilangnya kekhusyuan saat matanya terbuka sebab melihat hal-hal yang dapat mencerai beraikan konsentrasi maka yang demikian tidak lagi makruh hukumnya bahkan sebagian ulama fiqh mengisyaratkan memejamkan mata dalam kondisi semacam ini justru lebih baik, Ibn ‘Abidiin berkata “Hal demikian tidaklah jauh (dari kebenaran)”

Kalangan Malikiyyah berpendapat : Kemakruhan memejamkan mata tersebut bila tidak dikhawatirkan saat matanya terbuka akan melihat hal-hal yang haram atau mengacaukan kekhusyuannya bila demikian maka memejamkan mata baginya tidak lagi dimakruhkan.

Imam an-Nawawy cenderung memilih “Memejamkan mata saat shalat tidaklah makruh bila tidak dikhawatirkan berdampak dharar (bahaya) dalam dirinya atau orang lainnya, bila dikhawatirkan maka makruh. [ Al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah ].


Wallahu a'lam
Semoga manfaat.

Nara Sumber : Ust. Muchamad Sofyan Hadi, M.Pd.I

Pertanyaan terkait dapat dituliskan di kolom Komentar





gpaismkn5sby. Diberdayakan oleh Blogger.