# SELAMAT DATANG DI SITUS RESMI GURU MAPEL PAI SMKN 5 SURABAYA, NGAJI SEPANJANG HAYAT | INFO : SELAMA MASA PEMBELAJARAN DI RUMAH, PEMBELAJARAN PAI DIPUSATKAN DI SITUS RESMI INI, BAGI SISWA-SISWI SMKN 5 SURABAYA SILAHKAN KOORDINASI DENGAN GURU PAI MASING-MASING UNTUK BERSAMA-SAMA MEMBERDAYAKAN SITUS INI DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH # .....

Kamis, 19 Maret 2020

BAB 11 KELAS XI - SAATNYA UMMAT ISLAM BANGKIT

BANGUN DAN BANGKITLAH 
WAHAI PEJUANG ISLAM

Hasil gambar untuk SENYUMAN MUSLIM


A.    Perkembangan Sejarah Peradaban Islam
Dalam garis besarnya, sejarah Islam dapat dibagi ke dalam 3 periode besar : klasik, pertengahan dan modern. Periode klasik (650 – 1250 M) merupakan zaman kemajuan dan dibagi ke dalam 2 fase.
Pertama, fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000 M). Di zaman inilah daerah Islam meluas melalui Afrika Utara sampai ke Spanyol di Barat dan melalui Persia sampai ke India di Timur. Daerah-daerah itu tunduk kepada kekuasaan khalifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah kemudian di Damsyik dan terakhir di Baghdad.
Di masa itu pula berkembang dan memuncak ilmu pengetahuan, baik dalam agama maupun dalam bidang ekonomi dan kebudayaan. Zaman inilah yang menghasilkan ulama-ulama besar seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, dan Imam Ibnu Hambali dalam bidang hukum (Fiqih). Imam Al-Asy’ari, Imam Al-Maturidi, pemuka-pemuka Mu’tazilah seperti Washil ibnu Atho’, Abu Al Huzail dalam bidang Teologi. Zunnun Al-Misri, Abu Yazid Al-Bustami dan Al-Khallaj dalam (Tasawuf). Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Maskawaih dalam filsafat, selanjutnya Al-Khaitam, Ibnu Hayyan, Al-Khawarizmi dan Ar-Razi dalam bidang ilmu pengetahuan.
Kedua, fase disintegrasi (1000-1250 M).Di masa ini keutuhan umat Islam dalam bidang politik mulai pecah, kekuasaan menurun dan akhirnya Baghdad dapat dikuasai dan dihancurkan oleh Hulagu Khan di tahun 1258 M. Khalifah sebagai lambang kesatuan politik umat Islam hilang.
Adapun periode pertengahan (1250-1800 M) juga dapat dibagi ke dalam 2 fase.
Pertama, fase Kemunduran (1250-1500 M). di zaman ini desentralisasi bertambah meningkat pelan namun pasti, beberapa wilayah memisahkan diri dari kekuasaan pusat. Perbedaan antara Suni dan Syi’ah, demikian juga antara Arab dan Persia mulai dimunculkan kembali dan bertambah nyata kelihatan. Dunia Islam terbagi 2, bagian Arab yang terdiri atas Arabiyah, Iraq, Suriah, Palestina, Mesir dan Afrika Utara dengan Mesir sebagai pusat. Bagia Persia terdiri dari Balkan, Asia Kecil dan Asia Tengah dengan Iran sebagai pusat.
Kebudayaan Persia mengambil bentuk Internasional dan dengan demikian mendesak lapangan kebudayaan Arab untuk menutup Ijtihad. Demikian juga Tarekat dengan pengaruh negatifnya perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali, umat Islam Spanyol dipaksa masuk kristen atau keluar dari daerah itu.
Kedua, fase 3 kerajaan besar (1500-1800 M), yang dimulai dengan zaman kemajuan (1500-1700 M) dan zaman kemunduran (1700-1800 M). Tiga kerajaan besar yang dimaksud adalah Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Syafawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India. Ketiga kerajaan besar ini mempunyai kejayaan masing-masing terutama dalam bentuk literatur dan arsitek. Masjid-masjid dan gedung-gedung indah yang didirikan di zaman ini masih dapat dilihat di Istambul, Tabriz, Isfahan serta kota-kota lain di Iran dan di Delhi. Di zaman kemunduran, kerajaan Usmani terpukul di Eropa. Kerajaan Syafawi dihancurkan oleh serangan-serangan suku bangsa Afghan. Sedangkan daerah kekuasaan kerajaan Mughal diperkecil oleh penguasa raja-raja India. Kekuatan militer dan kekuatan politik umat Islam menurun. Umat Islam dalam keadaan mundur dan statis. 
Dan pada masa itu Eropa dengan kekayaan-kekayaan yang diangkut dari Amerika dan Timur jauh bertambah kaya dan maju. Penetrasi Barat yang kekuatannya meningkat ke dunia Islam yang kekuatannya menurun kian mendalam dan meluas. Akhirnya Napoleon di tahun 1768 M menduduki Mesir sebagai salah satu pusat Islam yang terpenting.
    Periode modern ( 1800 M dan seterusnya) merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan barat menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi yang merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Di periode modern inilah timbulnya ide-ide pembaharuan dalam Islam.

B.    Tokoh-tokoh Pembaharuan dalam Pemikiran Islam
        Tokoh-tokoh Pembaharuan dalam pemikiran ini adalah :
1.     Muhammad Ibnu Abdul Wahab (1703-1778)
        Gerakan pembaharuan Islam (modernisme) diawali oleh gerakan pemurnian Islam yang dipelopori oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahab (1703-1778). Pokok ajaran Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Wahabi) adalah menentang semua bentuk bid’ah dan khurafat dan kembali kepada ajaran pokok Al-Qur’an dan Hadits.
        Paham yang dikembangkan ini bertambah kuat setelah mendapat dukungan Muhammad Ibnu Sa’ud (pendiri kerajaan Saudi Arabia) dan puteranya Abdul Aziz. Faham Wahabi ini wajib diajarkan di madrasah-madrasah dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi di negara Saudi Arabia sampai saat ini.
        Pemikiran Wahabi mempunyai pengaruh pada perkembangan pemikiran pembaharuan Islam pada abad 19 dan 20.
1.       Syah Waliyullah (1703-1758)
Syah Waliyullah dilahirkan di Delhi pada tanggal 21 Februari 1703 M. Ia mendapatkan pendidikan dari orang tuanya, Syah Abd Rahim, seorang sufi dan ulama yang memiliki madrasah. Setelah dewasa, ia kemudian turut mengajar di madrasah itu. Selanjutnya, ia pergi naik haji dan selama satu tahun di Hejaz ia sempat belajar pada ulama-ulama yang ada di Mekkah dan Madinah. Ia kembali ke Delhi pada tahun 1732 dan meneruskan pekerjaannya yang lama sebagai guru. Di samping itu, ia gemar menulis buku dan banyak meninggalkan karya-karyanya, di antaranya buku Hujjatullāh Al-Bal³gah dan  Fuyun Al-Haramain.
Di zaman Syah Waliyullah, penerjemahan al-Qur’ān ke dalam bahasa asing masih dianggap terlarang. Tetapi, ia melihat bahwa orang di India membaca al-Qur’ān dengan tidak  mengerti isinya. Pembacaan tanpa pengertian tak besar faedahnya untuk kehidupan duniawi mereka. Ia melihat perlu al-Qur’ān diterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dipahami orang awam. Bahasa yang dipilihnya ialah bahasa Persia yang banyak dipakai di kalangan terpelajar Islam India di ketika itu. Penerjemahan al-Qur’ān ke dalam bahasa Persia disempurnakan Syah Waliyullah di tahun 1758. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Urdu yang umum dipakai masyarakat India.
2.       Muhammad Ali Pasya (1765-1849)
Muhammad Ali Pasya lahir di Kawala, Yunani pada tahun 1765 M adalah seorang keturunan Turki dan meninggal di Mesir pada tahun 1849 M. Sebagaimana raja-raja Islam lainnya, Muhammad Ali juga mementingkan soal yang bersangkutan dengan militer. Ia yakin bahwa kekuasaannya hanya dapat dipertahankan dan diperbesar dengan kekuatan militer. Di samping itu, ia mengerti bahwa di belakang kekuatan militer mesti ada kekuatan ekonomi yang sanggup membelanjai pembaharuan dalam bidang militer, dan bidang-bidang yang bersangkutan dengan urusan militer. Jadi, ada dua hal yang penting baginya, kemajuan ekonomi dan kemajuan militer. Kedua hal tersebut menghendaki ilmu-ilmu modern yang telah dikenal orang di Eropa.
Ide dan gagasan Muhammad Ali Pasya yang sangat inovatif pada zamannya antar lain bahwa, untuk mendirikan sekolah-sekolah modern dan memasukkan ilmu-ilmu modern dan sains ke dalam kurikulum. Sekolah-sekolah inilah yang kemudian yang dikenal sebagai sekolah modern di Mesir pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya.
3.      Al-Tahtawi (1801-1873)
Rifa’ah Baidawi Rafi’ Al-Tahtawi demikian nama lengkapnya. Ia lahir pada tahun 1801 M di Tahta, suatu kota yang terletak di Mesir bagian selatan dan meninggal di Kairo pada tahun 1873 M. ide dan gagasannya diantaranya
Ajaran Islam bukan hanya mementingkan soal akhirat, tetapi juga soal hidup di dunia. Umat Islam juga harus memperhatikan kehidupan dunia. Kekuasaan raja yang absolut harus dibatasi oleh syariat, raja harus bermusyawarah dengan ulama dan kaum intelektual. Syariat harus diartikan sesuai dengan perkembangan modern. Inilah dari gagasan Al-Tahtawi yang berpengaruh bagi pembaharuan Islam.
4.      Jamaluddin Al Afghani (1839-1897)
        Pemikiran Wahabi diteruskan oleh Jamaluddin Al Afghani yang lahir di Afghanistan tahun 1839 dan meninggal di Istambul, Turki tahun 1897. Jamaluddin Al Afghani dalam perjalanan hidupnya tidak menetap dalam suatu daerah tertentu, tetapi pindah dari suatu negara ke negara yang lain.
        Setelah pemikirannya dibatasi di negeri kelahirannya (Afghanistan), ia pergi ke India tahun 1869. di India juga merasa tidak bebas bergerak, karena negara ini jatuh ke tangan Inggris, sewaktu ia pindah ke Mesir tahun 1871 dan ia menetap di Cairo, semula ia menjauhi persoalan politik dan memusatkan perhatian pada bidang Ubudiyah dan sastra Arab, tempat tinggalnya menjadi tempat pertemuan murid dan pengikutnya.
        Diantara murid Al Afghani ada yang kemudian menjadi pemimpin terkemuka seperti Muhammad Abduh. Tahun 1876 Al Afghani mulai terlibat dalam urusan politik dan pada tahun 1879 berhasil membentuk partai Al Hizb Al Wathani (Partai Nasional). Karena pengaruhnya yang besar dalam berbagai bidang, Inggris yang menguasai Mesir pada saat itu mengusir Al Afghani keluar dari Mesir tahun 1879. Masa delapan tahun menetap di Mesir membagkitkan pemikiran modern di Mesir.
        Atas undangan Sultan Abdul Hamid, Al Afghani selanjutnya pindah ke Istambul Turki sampai akhir hayatnya. Pemikirannya yang modern dalam bidang agama dan politik yang selalu mengedepankan perlunya negara demokrasi, dan itu bertentangan dengan bentuk pemerintahan yang dijalankan Sultan yaitu otokrasi. Sampai gerakan Al Afghani dibatasi dan akhirnya tidak dapat keluar dari Istambul, Al Afghani wafat pada tahun 1897.
5.       Muhammad Abduh (1849-1905)
        Pemikiran Muhammad Abduh yang menonjol adalah faktor penyebab kemunduran umat Islam. Salah satunya adanya faham kejumudan yang tidak mau menerima adanya perubahan. Dan banyak dipengaruhi oleh berbagai macam bid’ah yang membuat umat Islam lupa akan ajaran Islam yang sebenarnya yaitu Al Qur’an dan Hadist.
        Oleh karena itu pembekuan pintu Ijtihad perlu dihilangkan, dan kembali kepada sunatullah dengan cara memfungsikan peran akal yang mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam Al Qur’an.
6.       Rasyid Ridha (1965-1935)
        Rasyid Ridha adalah murid terdekat Muhammad Abduh, ia lahir di Al Qalamun suatu desa di Libanon pada tahun 1865. pemikiran Rasyid Ridha sama dengan pemikiran pendahulunya yaitu pembersihan semua tradisi yang tidak sesuai dengan Al Qur’an dan hadist. Pemikirannya tidak banyak berbeda dengan gurunya. Perbedaannya hanya: Muhammad Abduh terlepas dari semua aliran mazhab, sedangkan Rasyid Ridha tetap terikat pada mazhab, yaitu mazhab Hambali, pemikiran Ibnu Taimiyah dan gerakan Wahabi.
7.        Muhammad Iqbal (1876-1938)
Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di.Punjab dan lahir di Sialkot pada tahun 1876. Berbeda dengan pembaharu-pembaharu lain, Muhammad Iqbal adalah penyair dan filosof. Tetapi, pemikirannya mengenai kemunduran dan kemajuan umat Islam mempunyai pengaruh pada gerakan pembaruan dalam Islam.
Pemikiran Muhammad Iqbal tentang pembaruan Islam diantaranya : Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam dan pintu ijtihad tetap terbuka. Umat Islam perlu mengembangkan sikap dinamisme. Dalam syiarnya, ia mendorong umat Islam untuk bergerak dan jangan tinggal diam.
Disamping tokoh-tokoh tersebut juga masih terdapat banyak tokoh yang berjasa dalam pembaharuan Islam.
C.    Gerakan Pembaharuan Islam di Beberapa Negara
        Pada akhir abad 19 dan awal abad 20 beberapa negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Mulai mengadakan pembaharuan kembali pemikiran Islam dengan cara kembali ke pada Al Qur’an dan Sunah Rasul serta Ijtihad. Sumber hukum yang ketiga ini selalu terbuka sepanjang masa. Sejalan dengan itu, melepas belenggu taqlid (jumud) yang telah ada di kalangan umat Islam selama kurang lebih 500 tahun. Negara yang telah mengadakan pembaharuan antara lain :
1.     Arab Saudi
        Gerakan pembaharuan Islam di Arab Saudi dimulai oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahab (1703-1778). Pokok pemikirannya seperti yang telah diuraikan di atas yaitu kembali kepada ajaran pokok yaitu Al-Qur’an dan hadist serta memberantas segala bentuk bid’ah dan khufarat yang telah lama mengakar di kalangan sebagian umat.
        Namun gerakan ini di negara-negara Asia Teanggara tidak begitu populer dan kurang diterima oleh masyarakat setempat
2.     Mesir
        Gerakan pembaharuan Islam di Mesir lebih giat setelah masuknya Jamaluddin Al-Afghani, kemudian diteruskan dengan Muhammad Abduh (1849-1905). Gerakan pembaharuan di Mesir selanjutnya dikembangkan oleh murid Muhammad Abduh seperti Rasyid Ridha, Zahlul, dan Farid Wajdi.
3.     India dan Pakistan
        Ide pembaharuan di India dan Pakistan dicetuskan oleh Syaikh Waliyullah pada abad ke 18., kemudian diteruskan oleh anaknya Syaikh Abdul Aziz (1746-1823) dan dikembangkan oleh Sayyid Ahmad Khan dan Sayid Ahmad Syahid. Mereka berpendapat bahwa muslim India mundur karena agama yang mereka anut tidak lagi Islam yang murni, tetapi telah tercampur dengan ajaran-ajaran Hindu dan Budha. Oleh karena itu umat Islam India harus kembali kepada ajaran yang murni yaiut Al-Qur’an dan Hadist.
        Gerakan pembaharuan di India terus berkembang terutama setelah munculnya tokoh muda Muhammad Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah. Gerakan pembaharuan yang dilakukan kedua tokoh tidak hanya dalam bidang aqidah dan syari’ah, tetapi juga politik sehingga berhasil mendirikan negara Islam Pakistan yang terlepas dari India.
4.     Turki
        Turki adalah satu-satunya kerajaan Islam di Barat sampai pertengahan abad 20. karena itu, tidak heran kalau pembaharuan pemikiran Islam banyak dipengaruhi oleh faham yang berkembang di Barat seperti Nasionalisme, Liberalisme, Sosialisme dan Demokrasi. Di satu sisi, ingin mempertahankan sistem kerajaan yang dipimpin oleh seorang khalifah, sementara di sisi lain ingin mengubah bentuk negara menjadi Republik. Dalam perkembangannya ternyata yang dipilih rakyat Turki adalah sistem Republik sehingga berdiri Republik Turki pada tanggal 3 Maret 1924 dengan presiden pertama Musthafa Kemal Pasha.

D.    Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia
1.      Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia diawali dengan datangnya Haji Miskin dan kawan-kawannya dari menunaikan ibadah haji tahun 1802 di Minangkabau, Sumatera Barat. Mereka dinamai kaum Padri, berpakaian serba putih, mengadakan perubahan secara radikal dan membawa ajaran salaf.
Ajaran salaf adalah ajaran yang telah dijalankan oleh para sahabat nabi dan tabi’in, pahamnya adalah Al-Qur’an dan Sunnah dijalankan secara murni dan konsekwen bila terjadi suatu permasalahan mereka menggunakan ijtihad sebagai sumber hukum ketiga.
Gerakan salaf dengan mazhab Wahabi  yang telah dirintis oleh Haji Miskin dan kawannya diteruskan oleh para ulama di Sumatera Barat terutama dipelopori oleh Syaikh Muhammad Abdullah Ahmad (1878-1933) dan Syaikh Haji Abdul Karim Amrullah (1879-1945), ayahanda Prof. DR. HAMKA, serta Syaikh Muhammad Jamil Jambek (1860-1947) yang selanjutnya membuka lembaga pendidikan modern, berupa pesantren Tawalib bahkan membuka pesantren putri “Diniyah Putri” Padang Panjang.
Gerakan pembaharuan ini terus berkembang sampai pergerakan nasional dengan munculnya organnisasi-organisasi Islam seperti Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan (1912) di Yogyakarta yang fahamnya menolak semua bentuk tradisi-tradisi yang telah mengakar di masyarakat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Kemudian Nahdlatul Ulama (NU) yang didirikan oleh Hadratusy Syaikh KH.Hasyim Asy’ari  pada tanggal 31 Januari 1926. organisasi ini memiliki peran besar dalam perjalanan bangsa dan kebangkitan umat yang basisnya kepada para kyai dan ribuan pondok pesantren yang tersebar di pelosok Indonesia. Organisasi lain adalah Persis (Persatuan Islam) didirikan oleh A.Hasan (1926) di Bandung, Al-Irsyad di Medan, Al-Khairat di Sulawesi dan lain-lain.
E.    Menunjukkan perilaku yang mencerminkan penghayatan sejarah perkembang Islam pada masa pembaharuan.
1.    Mempertahankan kebiasaan lama yang baik, sekaligus mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik
2.    Mempunyai motivasi untuk mempelajari Islam dari sumber aslinya yaitu Al-Qur’an dan Hadist.
3.    Meneruskan perjuangan yang telah dirintis oleh para ulama terdahulu, dengan mengambil semangat dan motivasinya.
4.    Menjauhkan diri dari segala sesuatu yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadist.
5.    Berusaha memberantas faham yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadist.
6.   Membangun masa depan berdasarkan pijakan-pijakan yang telah ada di masa lalu sehingga dapat membangun negara senantiasa menjadi baldatun tayyibatun wa rabbun gafūr atau negara yang baik dan mendapat ampunan dari Allah SWT
7.   Mencari upaya antisipasi agar kekeliruan yang mengakibatkan kegagalan di masa lalu tidak terulang di masa yang akan datang.

0 komentar:

Posting Komentar

gpaismkn5sby. Diberdayakan oleh Blogger.