MENGHIDUPKAN NURANI DENGAN BERPIKIR KRITIS
A.
Tadarus al-Qur’an
Membaca QS. Ali-Imran (3) : 190-191 :
إِنَّ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ
لأولِي الألْبَابِ
الَّذِينَ
يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا
سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Membaca
QS. Yunus (10) : 101 :
قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لا
يُؤْمِنُونَ
B.
Penjelasan ayat
QS. Ali-Imran
(3) 190-191, tentang perintah menggunakan akal untuk berfikir.
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah minta izin untuk
beribadah pada suatu malam, kemudian bangunlah dan berwudu lalu salat. Saat
salat beliau menangis karena merenungkan ayat yang dibacanya. Setelah salat
beliau duduk memuji Allah SWT. dan kembali menangis lagi hingga air matanya
membasahi tanah.
Setelah Bilal datang untuk azan subuh dan melihat Nabi menangis ia
bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa Anda menangis, padahal Allah SWT.
telah mengampuni dosa-dosa Anda baik yang terdahulu maupun yang akan datang?”
Nabi menjawab, “Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang bersyukur kepada
Allah SWT.?”dan bagaimana aku tidak menangis, pada malam ini Allah SWT. telah
menurunkan ayat kepadaku. Kemudian beliau berkata,“alangkah ruginya
dan celakanya orang-orang yang
membaca ayat ini tetapi tidak merenungi
kandungannya.”
Ayat itu QS.
Ali-Imran 190-191, yang artinya :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan pergantian malam
dan siang, terdapat
tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang
yang senantiasa mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata),“Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau ciptakan semua
ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari
siksa api neraka”
Memikirkan terciptanya siang dan malam serta silih bergantinya
secara teratur, menghasilkan perhitungan waktu bagi kehidupan manusia. Semua
itu menjadi tanda kebesaran Allah SWT. bagi orang-orang yang
berakal sehat. Selanjutnya mereka akan berkesimpulan bahwa tidak ada satu pun
ciptaan Tuhan yang sia-sia, karena semua ciptaan-Nya adalah inspirasi bagi
orang berakal.
Pada ayat 191 Allah SWT. menjelaskan ciri khas orang yang berakal,
yaitu apabila memperhatikan sesuatu,
selalu memperoleh manfaat dan
terinspirasi oleh tanda-tanda besaran Allah SWT. di alam ini. Ia selalu ingat
Allah SWT. dalam segala keadaan,
baik waktu berdiri, duduk, maupun berbaring. Setiap waktunya diisi untuk
memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang
menggambarkan kesempurnaan- Nya.
QS. Yunus (10) : 101 tentang perlunya meperhatikan kejadian Alam
Setiap manusia
dikaruniai Allah akal dan pikiran, sehingga mereka dapat memilih antara iman
dan kufur, antara kebaikan serta kejahatan. Dengan akal dan pikiran itu pula,
manusia dapat memahami tanda-tanda kebesaran Allah di bumi maupun di langit
yang menyimpan manfaat yang besar. Namun demikian, tanda-tanda kebesaran Allah
tersebut sama sekali tidak akan bermanfaat apabila manusia tidak menggunakan
akalnya dengan baik. Hal itulah yang diungkap dalam SurahYanus [10]: 101
berikut ini:
Artinya: Katakanlah,
“Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi !” Tidaklah bermanfaat
tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi
orang yang tidak beriman. (Q.S. Yunus [10]: 101)
Dalam ayat 101 Surah Yanus [10], Allah memerintahkan kepada kita
semua untuk memerhatikan dan merenungkan segala kejadian di langit serta di
bumi. Berulang-ulang Al-Qur’an mengajarkan manusia agar menggunakan akalnya
dengan ungkapan: apakah kamu tidak berpikir, apakah kamu tidak merenungkan,
dan terhadap dirimu apakah kamu tidak memerhatikan. Semua redaksi ayat-ayat
Al-Qur’an tersebut mengajarkan kita supaya dapat meyakini betapa besarnya
kekuasaan Allah dan indahnya ciptaan Allah SWT.
Ilmu pengetahuan modern telah menerangkan bahwa ruang angkasa
(tempat bintang-bintang) menyimpan keajaiban-keajaiban yang dapat dilihat dari
cepatnya peredaran dan bentuknya yang besar. Di ruang angkasa terdapat sekitar
tiga puluh miliar bintang-bintang. Setiap bintang adalah matahari yang
kedudukannya sama seperti matahari yang menjadi pusat tata surya. Umur matahari
sendiri sekitar lima milyar tahun. Inilah sedikit dari kekuasaan Allah yang
tidak terbatas. Suatu keanehan apabila manusia enggan memerhatikan semua itu,
padahal ia telah dianugerahi akal dan pikiran.
Surah Yunus [10]: 101, dengan tegas mengajak kita untuk berpikir
dan mengkaji fenomena alam agar manusia mengakui kekuasaan Allah serta mengimani-Nya.
Oleh karena itu, diperkenalkannya proses kejadian alam semesta dan proses
penciptaan manusia, serta keajaiban dan fenomena alam di beberapa ayat
Al-Qur’an yang merupakan tanda-tanda Allah Maha kuasa berbuat segala sesuatu
menurut iradat-Nya. Dalam ayat tersebut Allah menegaskan bahwa segala
apa yang telah Allah ciptakan didunia ini dan segala peringatan yang
disampaikan oleh para rasul-Nya sama sekali tidak akan bermanfaat bagi orang
yang tidak beriman kepada-Nya. Artinya, untuk menemukan hikmah dan manfaat dari
segala apa yang Allah ciptakan serta ajaran-ajaran luhur para rasul-rasul-Nya,
syarat utama yang perlu kamu penuhi adalah keimanan. Tanpa itu, semuanya
akan sia-sia belaka.
C.
Makna Berpikir Kritis
Berpikir kritis didefinisikan beragam oleh para pakar.
Menurut Mertes, berpikir kritis adalah “sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah
sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.
Sedangkan menurut Mustaji berpikir kristis adalah “berpikir
secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang
apa yang harus dipercayai atau dilakukan”. Salah satu contoh kemampuan
berpikir kritis adalah kemampuan “membuat ramalan”, yaitu membuat
prediksi tentang suatu masalah, seperti memperkirakan apa yang akan terjadi besok berdasarkan analisis terhadap kondisi yang ada hari ini.
Berangkat dari definisi di atas, sikap dan tindakan
yang mencerminkan berpikir kritis terhadap ayat-ayat Allah SWT. (informasi
Ilahi) adalah berusaha memahaminya dari berbagai sumber, menganalisis, dan
merenungi kandungannya, kemudian menindaklanjuti dengan sikap dan tindakan
positif.
Dalam Islam, masa depan yang dimaksud bukan sekedar
masa depan di dunia, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu di akhirat. Orang yang
dipandang cerdas oleh Nabi adalah orang yang pikirannya jauh ke masa depan di
akhirat. Maksudnya, jika kita sudah tahu bahwa kebaikan dan keburukan akan
menentukan nasib kita di akhirat, maka dalam setiap perbuatan kita, harus ada pertimbangan akal
sehat. Jangan dilakukan perbuatan yang akan menempatkan kita di posisi yang
rendah di akhirat. “Berpikir sebelum bertindak”, itulah motto yang harus menjadi
acuan orang “cerdas”. Pelajari baik-baik sabda Rasulullah saw. berikut:
Dari
Abu Ya’la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Orang
yang cerdas ialah orang yang mampu
mengintrospeksi dirinya dan suka beramal untuk kehidupannya setelah
mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu mengikuti hawa
nafsunya dan berharap kepada
Allah dengan harapan kosong”.
(HR. At-Tirmizi dan beliau berkata:
Hadits Hasan).
Dalam hadis ini Rasulullah menjelaskan bahwa orang yang
benar-benar cerdas adalah orang yang pandangannya jauh ke depan, menembus
dinding duniawi, yaitu hingga
kehidupan abadi yang
ada di balik kehidupan fana di
dunia ini. Tentu saja, hal itu sangat
dipengaruhi oleh keimanan seseorang kepada adanya kehidupan kedua, yaitu
akhirat. Orang yang tidak meyakini adanya hari pembalasan, tentu tidak akan
pernah berpikir untuk menyiapkan diri dengan amal apa pun. Jika indikasi
“cerdas” dalam pandangan Rasulullah
adalah jauhnya orientasi dan visi ke depan (akhirat), maka pandangan-pandangan
yang hanya terbatas pada dunia, menjadi pertanda tindakan “bodoh” atau “jahil”
(Arab, kebodohan = jahiliyah). Bangsa Arab pra Islam dikatakan jahiliyah
bukan karena tidak bisa baca tulis, tetapi
karena kelakuannya menyiratkan kebodohan, yaitu menyembah
berhala dan melakukan kejahatan-kejahatan. Orang “bodoh” tidak pernah takut
melakukan korupsi, menipu, dan kezaliman lainnya, asalkan dapat selamat dari
jerat hukum di pengadilan dunia.
Jadi, kemaksiatan adalah tindakan “bodoh” karena hanya memperhitungkan
pengadilan dunia yang
mudah direkayasa, sedangkan
pengadilan Allah di akhirat yang
tidak ada tawar-menawar malah
”diabaikan”. Orang-orang tersebut dalam hadis di atas dikatakan sebagai
orang “lemah”, karena tidak mampu melawan nafsunya sendiri. Dengan
demikian, orang-orang yang suka bertindak bodoh
adalah orang-orang lemah. Orang
yang cerdas juga tahu bahwa kematian bisa datang kapan saja tanpa diduga. Oleh
karena itu, ia akan selalu bersegera melakukan kebaikan (amal saleh) tanpa
menunda.
D.
Manfaat Berpikir Kritis
Adapun
manfaat berfikir kritis di antaranya adalah:
- Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah SWT.;
- Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia;
- Dapat mengambil inspirasi dari semua ciptaan Allah SWT. dalam mengembangkan IPTEKS;
- Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian);
- Mengantisipasi terjadinya bahaya, dengan memahami gejala dan fenomena alam;
- Semakin bersyukur kepada Allah SWT. atas anugerah akal dan fasilitas lain, baik yang berada di dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta;
- Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan;
- Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner;
- Semakin bersemangat dalam mengumpulkkan bekal untuk kehidupan di akhirat, dengan meningkatkan amal salih dan menekan /meninggalkan kemaksiatan.
E.
Perilaku Mulia Penerapan Berpikir Kritis
Berikut ini adalah
sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan
berpikir kritis berdasarkan ayat
al-Qur'an dan hadis di atas ialah:
- Senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. atas anugerah akal sehat;
- Senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. atas anugerah alam semesta bagi manusia;
- Melakukan kajian-kajian terhadap ayat-ayat al-Qur'an secara lebih mendalam bersama para pakar di bidang masing-masing;
- Menjadikan ayat-ayat al-Qur'an sebagai inpirasi dalam melakukan penelitian- penelitian ilmiah untuk mengungkap misteri penciptaan alam;
- Menjadikan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) sebagai inspirasi dalam mengembangkan IPTEK;
- Mengoptimalkan pemanfaatan alam dengan ramah untuk kepentingan umat manusia;
- Membaca dan menganalisis gejala alam untuk mengantisipasi terjadinya bahaya;
- Senantiasa
berpikir jauh ke depan dan makin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner;
- Senantiasa berupaya
meningkatkan
amal salih dan menjauhi kemaksiatan
sebagai tindak lanjut dari keyakinanannya
tentang adanya
kehidupan kedua di akhirat
dan sebagai perwujudan dari rasa syukur
kepada Allah SWT.atas semua anugerah-Nya;
- Terus memotivasi
diri
dan berpikir kritis dalam merespons semua gejala dan fenomena alam
yang terjadi.
alhamdulillah setelah membacannya sampai selesai saya mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaaat dan saya dapat menintropeksi diri saya agar menjadi lebih baik kedepannya
BalasHapusalhamdulillah saya mendapat ilmu yang bermanfaat disini semoga berkah aminn
BalasHapusAnjas Bimantoro
12 KI 1
16