# SELAMAT DATANG DI SITUS RESMI GURU MAPEL PAI SMKN 5 SURABAYA, NGAJI SEPANJANG HAYAT | INFO : SELAMA MASA PEMBELAJARAN DI RUMAH, PEMBELAJARAN PAI DIPUSATKAN DI SITUS RESMI INI, BAGI SISWA-SISWI SMKN 5 SURABAYA SILAHKAN KOORDINASI DENGAN GURU PAI MASING-MASING UNTUK BERSAMA-SAMA MEMBERDAYAKAN SITUS INI DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH # .....

Senin, 29 November 2021

KHUTBAH | BERPRASANGKA BAIK DALAM MENILAI ORANG LAIN

BERPRASANGKA BAIK DALAM MENILAI ORANG LAIN
(Oleh : Muhammad Alfithrah Arufa)

اَلْحَمْدُ لله، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ اَوْضَحَ لَنَا سَبِيْلَ الرَّشَادْ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ رَبُّ الْاَرَضِيْنَ وَالسَّمَوَاتِ، وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا محمدا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ الْعِبَادِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ وَتَرَحَّمْ وَتَحَنَّنْ عَلَى سَيِّدِنَا محمد، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الْمَعَادِ. اَمَّا بَعْد   فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قال الله تعالى في كتابه الكريم : يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Jama’ah Jum’ah Rohimakumullah

Satu Kisah menarik tertulis dalam kitab adabu ad-Dunya wa ad-Din karya Imam Abil Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al-Bashri Al-Mawardi.  Suatu ketika, Sahabat Rasulullah Saw yang bernama Thalhah bin Abdurrahman bin Auf,  seorang saudagar kaya raya dan sangat dermawan di masanya, beliau selalu didatangi sahabat-sahabatnya untuk bersilaturahmi, hampir tiap hari tamu berdatangan di rumahnya. Sang saudagar ini menjamu mereka dengan baik terkadang memberikan bantuan seadanya pada para tamu-tamunya.

suatu saat, sang saudagar kaya ini kehabisan harta. Perlahan sahabat-sahabat yang biasanya bertamu tidak datang lagi ke kediaman sang saudagar ini.

Melihat kenyataan ini, Istri sang saudagar kaya ini berkata : “Aku tidak melihat kaum yang buuk dari sahabat-sahabatmu” mendengar hal itu sang saudagar itu terkejut. “mengapa engkau berkata begitu wahai istriku?” tanya saudagar itu. Si istri kemudian menjawab : “betapa tidak, ketika engkau masih kaya, setiap hari temanmu datang bersilaturrahmi ke tempat ini. Dan ketika engkau miskin, tak seorang pun sahabatmu datang kesini. Bahkan mengenalmu pun, seolah-olah tidak”

Thalhah bin Abdurrahman menjawab dengan bijaksana:” Wahai Istriku, ketahuilah Justru mereka adalah sahabat-sahabatku yang baik. Mereka datang bersilaturrahmi ke rumah kita ketika kita mampu menjamu dan membantu mereka. Dan ketika kita miskin, mereka tidak datang ke rumah kita karena mereka paham, kita belum bisa menjamu mereka dan mereka tidak ingin membebani mereka.

Jama’ah Jum’ah Rohimakumullah

Sungguh suatu karakter yang luar biasa. “lihatlah !, betapa kemuliaan seorang Thalhah yang mentakwilkan : menganggap sikap kurang baik para sahabatnya sebagai suatu kebaikan”. Sikap yang mungkin bagi orang lain dianggap sebagai suatu penghianatan, tapi bagi Thalhah dianggap sebagai suatu kesetiaan. Dan ini adalah karakter orang-orang mulia, karakter orang-orang baik. Karena orang baik itu tidak melihat sesuatu kecuali yang dilihat itu adalah sisi kebaikannya.

اَلْخَيْرُ لَايَرَى شَيْئًا إِلَّاخَيْرًا

“Orang yang baik itu tidak melihat terhadap sesuatu kecuali yang dilihat adalah sisi-sisi baiknya, atau sisi-sisi yang positif.”

Maka iniliah pentingnya kita berpikir positif, berprasangka yang baik, atau husnu dzon. Baginda nabi bersabda:

أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ حُسْنُ ظَنِّ بِاللهِ وَحُسْنُ ظَنِّ بِعِبَادِ اللّهِ

“Seutama-utama amal adalah berprasangka baik kepada Allah dan berprasangka baik kepada hamba-hamba Allah.”

Yang pertamahusnu dzon billah. Berprasangka baik kepada Allah. Di dalam hadis qudsi, Allah berfirman:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ

“Aku (Allah) sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap Aku.”

Artinya, ketika seorang hamba itu berprasangka baik kepada Allah maka Allah pun membenarkan dan merealisasikan kebaikan-kebaikan yang ada di dalam prasangka seorang hamba. Tetapi sebaliknya, ketika seorang hamba itu suudzon, berprasangka buruk kepada Allah maka Allah pun membenarkan dan merealisasikan keburukan-keburukan yang ada dalam prasangka hamba tersebut.

 

Maka, sudah selayaknya seorang hamba itu selalu berlatih husnu dzon. Selalu membiasakan berprasangka baik, agar kebaikan-kebaikan yang ada dalam prasangka hamba itu diwujudkan dan direalisasikan oleh Allah Swt. karena kita tidak tahu, terkadang apa yang kita benci justru itu adalah kebaikan. Sebaliknya, apa yang kita cintai justru adalah suatu keburukan.

 

Artinya, ketika kita tidak mengetahui kehendak Allah, maka sudah sepantasnya kita selalu berprasangka baik husnu dzon kepada Allah Swt.

 

Yang keduahusnu dzon bi ‘ibadillah. Berprasangka baik terhadap hamba-hamba Allah. Seperti yang dilakukan oleh Thalhah tadi.

 

Jama’ah Jum’ah Rohimakumullah

Dalam kitab Shifat al-Shafwah, Imam Ibnu Jauzi mencatat sebuah riwayat tentang Imam Bakr bin Abdullah al-Muzani (Imam Bakr bin Abdullah al-Muzanni (w. 106/108 H) adalah seorang ulama besar dari kalangan tabi’in. menurut para ulama, Imam Bakr al-Muzanni adalah ahli fiqih dan ahli hadits yang mumpuni.). Berikut riwayatnya :

 عن كنانة بن جبلة السلمي قال: قال بكر بن عبد الله :   إذا رأيتَ من هو أكبر منك فقل: هذا سبقني بالإيمان والعملي الصالح فهو خير منّي,  وإذا رأيتَ من هو أصغر منك فقل: سبقتُه إلي الذنوب والمعاصي فهو خير منّي,  وإذا رأيتَ إخوانك يُكرِمونك ويُعظِّمُونك فقل: هذا فَضلٌ أَخَذُوْا بِهِ, وإذا رأيتَ منهم تَقْصِيْرًا فقل: هذا ذنبٌ أحْدَثْتُهُ

 

Dari Kinanah bin Jablah al-Sulami, ia berkata: Imam Bakr bin Abdullah berkata:

1.     “Ketika kau melihat orang yang lebih tua darimu, katakanlah (pada dirimu sendiri): ‘Orang ini telah mendahuluiku dengan iman dan amal shalih, maka dia lebih baik dariku.’

2.     Ketika kau melihat orang yang lebih muda darimu, katakanlah: ‘Aku telah mendahuluinya melakukan dosa dan maksiat, maka dia lebih baik dariku.’

3.     Ketika kau melihat teman-temanmu memuliakan dan menghormatimu, katakanlah: ‘Ini (karena) kualitas kebajikan yang mereka miliki.’

4.     Ketika kau melihat mereka kurang (memuliakanmu), katakan: ‘Ini (karena) dosa yang telah kulakukan.”

(Imam Ibnu Jauzi, Shifat al-Shafwah, Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1985, juz 3, h. 248)

 

Prasangka baik harus kita dahulukan dalam menilai seseorang, sejahat dan seburuk apapun orang tersebut. Andai kita melihat ada hal-hal yang perlu diperbaiki dari orang tersebut, lakukanlah dengan ma’ruf. Apalagi jika orang yang kita nilai adalah orang yang kita kenal atau dikenal berilmu. Kita harus lebih berhati-hati. Maka, penting bagi kita untuk menjadikan nasihat Imam Bakr bin Abdullah al-Muzani (w. 108 H) sebagai pegangan sekaligus pengingat diri.

 

Dalam riwayat di atas, Imam Bakri al-Muzanni mengambil jarak penilaian antara dirinya dan orang selainnya. Ia melatih dirinya untuk selalu memandang orang lain dengan rasa hormat. Siapa pun yang ia temui, ia akan menganggapnya lebih mulia dan utama. Ia memberikan dua argumentasi untuk hal ini. Pertama, karena ia tahu betul siapa dirinya, dan kedua, karena pengetahuannya terhadap orang lain dipenuhi dengan keragu-raguan.

Jama’ah Jum’ah Rohimakumullah

Selain itu ada pula pesan dari Syekh Abdul Qadir Al-Jailani., beliau memberikan tambahan sebagaimana termaktub dalam Kitab Nashaihul Ibad karya Syekh M Nawawi Al-Bantani, kata Syekh Abdul Qadir Al-Jailani :

1.     “Jika bertemu ulama atau orang alim, kamu mesti berprasangka, ‘Orang ini dianugerahkan ilmu yang tidak dapat kugapai, meraih derajat tinggi yang tidak kuraih, mengetahui materi ilmu yang tidak kuketahui, dan mengamalkan ilmunya,’”

2.     “Bila bertemu orang awam atau bodoh, kamu harus berpikiran, ‘Orang ini bermaksiat kepada Allah karena ketidaktahuannya. Sedangkan aku bermaksiat kepada-Nya secara sadar di tengah ilmuku. Aku sendiri tidak pernah tahu bagaimana akhir hidupku dan akhir hidupnya, apakah husnul khatimah atau su’ul khatimah,’”

3.     “Bila berjumpa dengan orang kafir, kamu harus berprasangka, ‘Bisa jadi orang kafir ini suatu saat memeluk Islam dan mengakhiri hidupnya dengan amal yang baik/husnul khatimah. Sedangkan aku bisa jadi malah menjadi kafir suatu saat dan mengakhiri hidup dengan amal yang buruk/su’ul khatimah,’”

 

Sederhananya, pertama, semua manusia tentu tahu kualitas dirinya sendiri. Misalnya, pernah berbuat dosa, memiliki banyak aib yang disembunyikan, atau sering melakukan kebohongan.  Kedua, apa pun yang kita ketahui tentang orang lain, meskipun akrab atau kenal baik, tidak bisa mencapai derajat keyakinan seperti terhadap diri sendiri. Pasti ada ruang keraguan karena kita bukan mereka. Apalagi terhadap orang yang tidak kita kenal sama sekali.


Jama’ah Jum’ah Rohimakumullah

Sebagai penguat pembahasan husnudzan tadi, mari kita renungkan sebuah kalam hikmah dai ulama salafus Sholih :

مَنْ كَثُرَ عِلْمُهُ، قَلَّ اِنْكَارُهُ عَلَى النَّاسِ

Artinya: “Barangsiapa yang banyak ilmunya, perasaan tidak cocoknya kepada masyarakat sedikit.”

"Orang kalau ilmunya tinggi (rajin ngaji, rajin majelis, kumpul sama ulama dan orang sholeh misalnya), maka tidak akan gampang menyalahkan orang lain (bersuudzan). Sama saja kalau kita berada di lantai 2, di bawah, maka tidak akan memiliki pandangan yang luas. Tapi kalau berada di lantai yang lebih tinggi kita akan melihat dengan lebih luas (lebih mampu melihat sisi positif dari segala perbedaan)"

Mari kita memulai dari diri sendiri (Ibda’ Bi Nafsik)!. Imam al-Ghazali dalam kitabnya Kîmiyâ’us Sa‘âdah mengatakan bahwa mengenal diri (ma‘rifatun nafs) adalah kunci untuk mengenal Allah. Logikanya sederhana: diri sendiri adalah hal yang paling dekat dengan kita; bila kita tidak mengenal diri sendiri, lantas bagaimana mungkin kita bisa mengenali Allah? Sebagaimana hadits Rasulullah : man ‘arafa nafsah faqad ‘arafa rabbah” (siapa yang mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya).

Jama’ah Jum’ah Rohimakumullah

Semoga bermanfaat, khususnya bagi diri saya dan umumnya bagi para jamaah. Semoga kelak kita dapat membawa prasangka baik agar menjadikan lingkungan kita aman dan damai, serta sebagai jalan menuju ampunan Allah SWT, menuju Ridha Allah SWT hingga kelak di akhir hayat, Ajal menjemput dengan cara khusnul khotimah. Aamiin Ya Robal ‘Alamin…

إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلَامِ  كَلَامُ اللهِ الْمَلِكُ الْمَنَّانُ وَبِالْقَوْلِ يَهْتَدُ الْمُرْتَضُوْنَ . مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسآءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيْدِ . بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ اْلأٓيَةِ    وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُوْا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

……………………………

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا   أَمَّا بَعْدُ.

فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِينْ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

0 komentar:

Posting Komentar

gpaismkn5sby. Diberdayakan oleh Blogger.