# SELAMAT DATANG DI SITUS RESMI GURU MAPEL PAI SMKN 5 SURABAYA, NGAJI SEPANJANG HAYAT | INFO : SELAMA MASA PEMBELAJARAN DI RUMAH, PEMBELAJARAN PAI DIPUSATKAN DI SITUS RESMI INI, BAGI SISWA-SISWI SMKN 5 SURABAYA SILAHKAN KOORDINASI DENGAN GURU PAI MASING-MASING UNTUK BERSAMA-SAMA MEMBERDAYAKAN SITUS INI DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH # .....

Sabtu, 11 Desember 2021

BENCANA ALAM : UJIAN ATAU ADZAB ?

BENCANA ALAM : UJIAN ATAU ADZAB ?

(Ust. Muchamad Sofyan Hadi, M.Pd.I)


Bencana alam bertubi-tubi melanda negeri kita tercinta. Mulai dari banjir di berbagi wilayah, gempa bumi, longsor dan baru saja kita menyaksikan gunung semeru meletus.  Beberapa kalangan mengaitkan bencana tersebut dengan rezim pemerintahan yang menyimpang dan dzalim.   Bencana yang melanda warga negara kita disebut-sebut sebagai azab yang diturunkan oleh Allah. Betulkah anggapan demikian?  

Menurut pandangan Syekh Abdul Qadir al-Jilani, bencana tidak datang sebagai adzab bagi orang mukmin. Namun sebaliknya sebagai bentuk cobaan.   Beliau berkata:

  واعلموا ان البلية لم تأت المؤمن لتهلكه وانما اتته لتختبره  

 "Ketahuilah bahwa cobaan tidak datang kepada seorang mukmin untuk merusaknya, namun datang untuk menguji keimanananya.” (Sayyid Ja’far al-Barzanji, al-Lujaini ad-Dani fi Manaqibis Syaikh Abdil Qadir al-Jilani, h. 136).

Seorang mukmin diberi musibah oleh Allah, dengan tujuan diuji sebatas mana tingkat keimanannya. Apakah ia semakin jauh dari Tuhan, atau  semakin dekat.   Banyak kita jumpai, orang yang terkena bencana, ia frustasi, pesimis, bahkan cenderung menyalahkan Tuhan.   Bagi kaum beriman, bencana yang melanda , hendaknya menjadi bahan introspeksi diri akan kesalahan-kesalahan nya. Mungkin, masih banyak melakukan kemaksiatan atau masih sering menyakiti orang lain, atau masih sering melalaikan kewajiban-kewajiban.   Sebagaimana disabdakan oleh Sayyidina Umar bin Khattab:  

 حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا، وزنوها قبل أن توزنوا  

"Introspeksilah diri kalian sebelum amal kalian diteliti, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang."   

Fenomena bencana alam seharusnya bukan menjadi ajang untuk mengintrospeksi amal orang lain atau mencari-cari kesalahannya. Apalagi mengambing-hitamkan terjadinya bencana atas perbuatan atau kebijakan pihak tertentu. Sungguh hal tersebut bukan merupakan sikap yang ideal bagi seorang mukmin.   Agama kita melarang seorang mukmin untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Ditegaskan dalam firman-Nya:

   وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا  

 “Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.” (QS al-Hujurat: 12)

Terkait larangan dalam ayat tersebut, al-Imam al-Baghawi menjelaskan :

التجسس هو البحث عن عيوب الناس، نهى الله تعالى عن البحث عن المستور من أمور الناس وتتبع عوارتهم حتى لا يظهر على ما ستره الله منها  

"Tajassus adalah meneliti aib-aib manusia. Allah melarang meneliti urusan yang samar dari orang lain, dan melarang meneliti aib-aib mereka. Sehingga ia tidak memperlihatkan aib orang lain yang telah ditutupi oleh Allah SWT  .” (Tafsir al Baghawi, juz 4, h. 262)  

Maka, sebagai orang yang beriman, hendaknya kita memahami bahwa bencana tersebut sesungguhnya merupakan cobaan bagi kita semua.   Bencana mengajarkan kepada kita untuk menjadi pribadi mukmin yang lebih berkualitas lagi, lebih dewasa menghadapi perbedaan-perbedaan, bukan justru sebaliknya.  

Imam Syafi’i  menganjurkan seorang muslim hendaknya memperbanyak istighfar dan berdoa kepada Allah sambil tetap mengharap perlindungan dari-Nya. 

Misalnya, ketika terjadi bencana alam seperti gempa bumi dan longsor, seorang muslim dapat membaca doa sebagai berikut.

 اللَّهُـمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي 

Aku berlindung kepada-Mu dengan kebesaran-Mu agar aku tidak diserang/ditelan dari arah bawah (bumi) (HR. Nasa'i no. 5529). 

Rasulullah juga mengajarkan doa ketika kita tertimpa bencana atau musibah:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُـمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا

Sesungguhnya kita milik Allah, dan kita akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala atas musibah yang menimpaku dan gantilah untukku dengan yang lebih baik darinya (HR. Muslim no. 918).

Di samping berdoa untuk diri sendiri, seorang muslim juga dianjurkan untuk mendoakan keselamatan saudara muslim lainnya. 

Rasulullah  bersabda: 

 مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلاَّ قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ

Tidak ada seorang hamba Muslim yang berkenan mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan kecuali malaikat mendoakan orang yang berdoa tersebut dengan kalimat “Kamu juga mendapat sama persis sebagaimana doa yang kamu ucapkan itu” (HR. Muslim no. 2732).

 

Selanjutnya seorang muslim, ketika ia menghadapi suatu bencana, maka ia seyogianya bersabar. 

Allah berfirman:

 اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ - ١٥٦

Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali) (QS. Al-Baqarah [2]: 156).

Rasulullah bersabda:

" عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَ

Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya (HR.Muslim no. 2999).

Di samping itu, seorang muslim juga harus menyadari bahwa bencana yang ia alami merupakan ujian dari Allah untuk meningkatkan kualitasnya. 

Allah berfirman: 

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya (QS. Al-Baqarah [2]: 286).

Bahkan, Allah akan hapus segala dosa seorang muslim yang sabar ketika tertimpa musibah.

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya (HR. Bukhari no. 5641-5642).

Meski musibah adalah bukan sesuatu yang menyenangkan, tetapi seorang muslim harus tetap berhusnudzan kepada Allah. Ia harus yakin bahwa segala sesuatu yang telah Allah tetapkan untuknya adalah baik. 

Rasulullah bersabda:

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ

Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat) (HR. Bukhari no. 7405).

Bencana alam tentunya adalah sebuah musibah yang tidak mudah untuk dihadapi. Namun demikian, Islam telah mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita sebagai muslim menghadapinya. 

Dan teruntuk saudara-saudara kita yang tertimpa musibah bencana erupsi gunung semeru dan musibah yang lain dimana saja marilah kita bersama-sama berdoa semoga diberikan kekuatan, kesabaran, dan keselamatan. Untuk korban yang wafat semoga  diberi tempat yang terbaik di sisi-Nya, diampuni segala dosa-dosanya dan diterima amalnya Aamiin.

Wallahu a'lam bish shawab.



0 komentar:

Posting Komentar

gpaismkn5sby. Diberdayakan oleh Blogger.