BENCANA ALAM : UJIAN ATAU ADZAB ?
(Ust. Muchamad Sofyan Hadi, M.Pd.I)
Bencana alam bertubi-tubi melanda negeri kita tercinta. Mulai dari banjir di berbagi wilayah, gempa bumi, longsor dan baru saja kita menyaksikan gunung semeru meletus. Beberapa kalangan mengaitkan bencana tersebut dengan rezim pemerintahan yang menyimpang dan dzalim. Bencana yang melanda warga negara kita disebut-sebut sebagai azab yang diturunkan oleh Allah. Betulkah anggapan demikian?
Menurut
pandangan Syekh Abdul Qadir al-Jilani, bencana tidak datang sebagai adzab bagi
orang mukmin. Namun sebaliknya sebagai bentuk cobaan. Beliau berkata:
واعلموا
ان البلية لم تأت المؤمن لتهلكه وانما اتته لتختبره
"Ketahuilah bahwa cobaan tidak datang
kepada seorang mukmin untuk merusaknya, namun datang untuk menguji
keimanananya.” (Sayyid Ja’far al-Barzanji, al-Lujaini ad-Dani fi Manaqibis
Syaikh Abdil Qadir al-Jilani, h. 136).
Seorang mukmin
diberi musibah oleh Allah, dengan tujuan diuji sebatas mana tingkat
keimanannya. Apakah ia semakin jauh dari Tuhan, atau semakin dekat. Banyak kita jumpai,
orang yang terkena bencana, ia frustasi, pesimis, bahkan cenderung menyalahkan
Tuhan. Bagi kaum beriman, bencana yang melanda , hendaknya menjadi bahan
introspeksi diri akan kesalahan-kesalahan nya. Mungkin, masih banyak melakukan
kemaksiatan atau masih sering menyakiti orang lain, atau masih sering
melalaikan kewajiban-kewajiban. Sebagaimana disabdakan oleh Sayyidina
Umar bin Khattab:
حاسبوا
أنفسكم قبل أن تحاسبوا، وزنوها قبل أن توزنوا
"Introspeksilah
diri kalian sebelum amal kalian diteliti, timbanglah diri kalian sebelum kalian
ditimbang."
Fenomena bencana
alam seharusnya bukan menjadi ajang untuk mengintrospeksi amal orang lain atau
mencari-cari kesalahannya. Apalagi mengambing-hitamkan terjadinya bencana atas
perbuatan atau kebijakan pihak tertentu. Sungguh hal tersebut bukan merupakan
sikap yang ideal bagi seorang mukmin. Agama kita melarang seorang mukmin
untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Ditegaskan dalam firman-Nya:
وَلَا
تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا
“Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.” (QS al-Hujurat: 12)
Terkait larangan
dalam ayat tersebut, al-Imam al-Baghawi menjelaskan :
التجسس هو البحث عن عيوب الناس، نهى الله تعالى عن البحث عن المستور من أمور الناس وتتبع عوارتهم حتى لا يظهر على ما ستره الله منها
"Tajassus adalah
meneliti aib-aib manusia. Allah melarang meneliti urusan yang samar dari orang
lain, dan melarang meneliti aib-aib mereka. Sehingga ia tidak memperlihatkan
aib orang lain yang telah ditutupi oleh Allah SWT .” (Tafsir al Baghawi, juz 4, h. 262)
Maka, sebagai
orang yang beriman, hendaknya kita memahami bahwa bencana tersebut sesungguhnya
merupakan cobaan bagi kita semua. Bencana mengajarkan kepada kita untuk
menjadi pribadi mukmin yang lebih berkualitas lagi, lebih dewasa menghadapi
perbedaan-perbedaan, bukan justru sebaliknya.
Imam Syafi’i
menganjurkan seorang muslim hendaknya memperbanyak istighfar dan berdoa kepada
Allah sambil tetap mengharap perlindungan dari-Nya.
Misalnya, ketika
terjadi bencana alam seperti gempa bumi dan longsor, seorang muslim dapat
membaca doa sebagai berikut.
اللَّهُـمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي
Aku berlindung
kepada-Mu dengan kebesaran-Mu agar aku tidak diserang/ditelan dari arah bawah
(bumi) (HR. Nasa'i no. 5529).
Rasulullah juga mengajarkan
doa ketika kita tertimpa bencana atau musibah:
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُـمَّ
أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا
Sesungguhnya
kita milik Allah, dan kita akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku
pahala atas musibah yang menimpaku dan gantilah untukku dengan yang lebih baik
darinya (HR. Muslim no. 918).
Di samping
berdoa untuk diri sendiri, seorang muslim juga dianjurkan untuk mendoakan
keselamatan saudara muslim lainnya.
Rasulullah bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ
يَدْعُو لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلاَّ قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ
Tidak ada
seorang hamba Muslim yang berkenan mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan
orang yang didoakan kecuali malaikat mendoakan orang yang berdoa tersebut
dengan kalimat “Kamu juga mendapat sama persis sebagaimana doa yang kamu
ucapkan itu” (HR. Muslim no. 2732).
Selanjutnya
seorang muslim, ketika ia menghadapi suatu bencana, maka ia seyogianya
bersabar.
Allah berfirman:
اَلَّذِيْنَ اِذَآ
اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ
رٰجِعُوْنَۗ - ١٥٦
Orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un”
(sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali) (QS. Al-Baqarah [2]:
156).
Rasulullah
bersabda:
"
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ
إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَ
Sungguh menakjubkan
urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak
didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan,
dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya
apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan
kebaikan baginya (HR.Muslim no. 2999).
Di samping itu,
seorang muslim juga harus menyadari bahwa bencana yang ia alami merupakan ujian
dari Allah untuk meningkatkan kualitasnya.
Allah
berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا
كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ
Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat
(pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari
(kejahatan) yang diperbuatnya (QS. Al-Baqarah [2]: 286).
Bahkan, Allah
akan hapus segala dosa seorang muslim yang sabar ketika tertimpa musibah.
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ
هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا،
إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Tidaklah seorang
muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan
tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah
akan menghapus kesalahan-kesalahannya (HR. Bukhari no. 5641-5642).
Meski musibah
adalah bukan sesuatu yang menyenangkan, tetapi seorang muslim harus tetap
berhusnudzan kepada Allah. Ia harus yakin bahwa segala sesuatu yang telah Allah
tetapkan untuknya adalah baik.
Rasulullah
bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي،
وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي
نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ
Allah Ta’ala
berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia
mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya
dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di
kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat) (HR. Bukhari no.
7405).
Bencana alam
tentunya adalah sebuah musibah yang tidak mudah untuk dihadapi. Namun demikian,
Islam telah mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita sebagai muslim
menghadapinya.
Dan teruntuk
saudara-saudara kita yang tertimpa musibah bencana erupsi gunung semeru dan
musibah yang lain dimana saja marilah kita bersama-sama berdoa semoga diberikan
kekuatan, kesabaran, dan keselamatan. Untuk korban yang wafat semoga diberi tempat yang terbaik di sisi-Nya,
diampuni segala dosa-dosanya dan diterima amalnya Aamiin.
Wallahu a'lam
bish shawab.
0 komentar:
Posting Komentar