MENELADANI PERJUANGAN
RASULULLAH SAW DI MEKAH
A. Sejarah
dakwah Rasulullah SAW di Makkah
Nabi Muhammad SAW. menerima wahyu pertama, ayat 1 – 5
surat al Alaq, pada tanggal 17 Ramadlan tahun 610 M, sejak itu ia diangkat
menjadi Nabi. Ketika ia menerima ayat 1 – 7 surat al Muddatstsir maka iapun
diangkat menjadi rasul. Setelah itu, wahyu terputus. Nabi Muhammad merasa
gelisah dan bertanya-tanya, apa yang harus disampaikan, bagaimana
menyampaikannya, dan kepada siapa disampaikan? Dalam kegelisahannya turunlah
surat al Dluha.
Pada awalnya Nabi berdakwah secara rahasia dan hanya
mengajak orang-orang terdekat saja. Orang pertama yang menerima dakwah Nabi
adalah Khadijah, isterinya, kemudian Ali bin Abi Thalib, sepupunya, dan Zaid
bin Haritsah, bekas budaknya. Sementara itu, laki-laki dewasa yang pertama
memeluk Islam adalah Abu Bakar bin Quhafah. Melalui ajakan Abu Bakar beberapa
orang menerima ajakannya, yaitu Utsman bin ‘Affan, Abdur Rahman bin ‘Auf,
Thalhah bin ‘Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Zubair bin ‘Awwam. Setelah itu,
Abu ‘Ubaidah bin Jarrah dan beberapa penduduk Mekah turut pula menyatakan
keislamannya dan menerima ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Kegiatan
dakwah secara rahasia ini berlangsung selama tiga tahun.
Setelah perintah Allah turun melalui Surat al
Syu’ara’( 26: 214 – 216) dan Surat al Hijir (15: 94) maka Nabipun melakukan dakwah
secara terang-terangan (terbuka), Nabi Muhammad mengumpulkan keluarganya di
rumahnya. Setelah selesai makan, beliaupun menyampaikan maksudnya. Tiba-tiba
Abu Jahal menghentikan pembicaraan Nabi dan mengajak orang-orang untuk
meninggalkan tempat. Keesokan harinya, Nabi kembali megundang keluarganya.
Setelah makan Nabi pun menyampaikan maksudnya dan kembali Abu Jahal mengacaukan
suasana dan mereka yang hadirpun tertawa. Dalam keadaan riuh itu Ali bin Abi
Thalib bangkit dan berkata: “wahai Rasulullah saya akan membantu anda, saya
adalah lawan bagi siapa saja yang menentangmu”
Gagal mengajak kerabatnya, Nabi pun mengalihkan
dakwahnya kepada masyarakat Quraisy. Ia naik ke bukit Safa dan menyeru manusia.
Orang-orangpun berkumpul dan Nabi Muhammad pun menyampaikan dakwahnya.
Tiba-tiba Abu Jahal berteriak “celakalah engkau hai Muhammad, apakah karena ini
engkau mengumpulkan kami?” Nabi Muhammad hanya terdiam sambil memandangi
pamannya. Sesaat kemudian turunlah surat al Lahab.
Dakwah Nabi mendapatkan tantangan dan perlawanan dari
Quraisy. Nabi dan sahabat- sahabatnya diejek, dicaci, dan disiksa. Tidak cukup
sampai di situ, mereka juga membujuk Nabi dan menawarkan kekayaan, kehormatan,
dan jabatan. Setelah ejekan, siksaan, dan ancaman tidak dapat mencegah dakwah Nabi,
orang-orang Quraisy memboikot Nabi dan sahabat-sahabatnya. Untuk menghindari
siksaan Nabi memerintahkan sahabatnya hijrah ke Abisinia.
Setelah orang-orang Quraisy tidak mau menerima dakwah
Nabi, iapun mengalihkan dakwahnya kepada kabilah-kabilah Arab di luar Quraisy.
Nabi mencoba mengajak orang- orang Taif namun ia ditolak, bahkan diejek,
diusir, dan dilempari. Nabi tidak berputus asa. Beliau terus menyampaikan
dakwahnya kepada kabilah-kabilah Arab yang datang berziarah ke Mekah setiap
tahunnya. Dakwah Nabi mendapat sambutan dari orang-orang Madinah dan Nabi pun
mengadakan perjanjian Aqabah (pertama dan kedua). Setelah perjanjian Aqabah kedua Nabi pun
berhijrah ke Madinah.
Dakwah Nabi di Mekah berlangsung selama 13 tahun.
Selama itu Nabi menanamkan nilai- nilai tauhid dan mengajarkan akhlak mulia.
Nilai-nilai ketauhidan ini membuat Nabi dan sahabat-sahabatnya tangguh
menghadapi berbagi kesulitan dan rintangan serta tetap bersemangat menyampaikan
kebenaran.
B. Substansi
Dakwah Rasulullah SAW di Mekah
a. Nabi
Muhammad Mengajarkan Aqidah
Nabi Muhammad datang
membawa ajaran tauhid. Ia sampaikan kepada kaum Quraisy bahwa Allah Maha
Pencipta. Segala sesuatu di alam ini merupakan ciptaan Allah. Langit, bumi,
matahari, bintang-bintang, laut, gunung, manusia, hewan, tumbuhan, batu-batuan,
air, api, dan lain sebagainya itu diciptakan oleh Allah. Ajaran tauhid ini
berbekas sangat dalam di hati Nabi dan para pengikutnya sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat,
mapan, dan tak tergoyahkan. Dengan keyakinan ini, para sahabat sangat percaya
bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka dalam kesulitan dan penderitaan.
Dengan keyakinan ini
pula mereka percaya bahwa Allah akan memberikan kebahagiaan hidup bagi mereka.
Dengan keyakinan ini pula para sahabat terbebas dari pengaruh kekayaan dan
kesenangan duniawi. Dengan keyakinan ini pula para sahabat mampu bersabar dan
bertahan serta tetap berpegang teguh pada agama ketika mereka mendapatkan
tantangan dan siksaan yang amat keji dari pemuka-pemuka Quraisy. Dengan
keyakinan seperti ini pulalah Nabi Muhammad dapat mengatakan dengan mantap
kepada Abu Thalib “Paman, demi Allah,
kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan
kiriku agar aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan saya tinggalkan.
Biarlah nanti Allah yang akan membuktikan apakah saya memperoleh kemenangan
(berhasil) atau binasa karenanya”. Inil
pula yang menjadi rahasia mengapa Bilal bin Rabbah dapat bertahan atas siksaan
yang ia terima dengan tetap mengucapkan “Allah Maha Esa” secara berulang-
ulang.
b. Nabi
Muhammad Mengajarkan Akhlak Mulia
Selain mengajarkan
aqidah, Nabi juga mengajarkan akhlak kepada para sahabatnya. Dalam hal ini Nabi
Muhammad tampil sebagai teladan yang baik (ideal). Keteladanan Nabi Muhammad
juga diwujudkan dengan menganjurkan agar menjaga kebersihan pakaian, tempat tinggal,
dan lingkungan.
Selanjutnya, Nabi
mengajarkan agar ikhlas dalam memberi. Memberikan sesuatu kepada orang lain
haruslah didasarkan pada niat yang tulus karena Allah. Jadi jangan memberi
karena ingin dipuji dan disebut sebagai seorang yang pemurah. Jangan pula
memberi karena berharap akan memperoleh keuntungan yang lebih besar dari yang
telah diberikan.
Selanjutnya, Nabi
menganjurkan agar menyayangi anak yatim. Menyayangi anak yatim tidak sekadar
membantu mereka mencukupi kebutuhan hidupnya akan tetapi mengasuh, memelihara,
dan mendidik mereka.
C. Strategi
Dakwah Rasululah di Mekah
a. Dakwah
Secara Rahasia/Diam-diam (al Da’wah bi al Sirr)
b. Dakwah
Secara Terang-terangan (al Da’wah di al Jahr)
c. Hamzah
dan Umar bin Khattab Masuk Islam
d. Hijrah
ke Abisinia (Habsyi)
e. Quraisy
Memboikot Kaum Muslimin
f. Perjanjian
Aqabah
g. Hijrah
ke Madinah
0 komentar:
Posting Komentar