# SELAMAT DATANG DI SITUS RESMI GURU MAPEL PAI SMKN 5 SURABAYA, NGAJI SEPANJANG HAYAT | INFO : SELAMA MASA PEMBELAJARAN DI RUMAH, PEMBELAJARAN PAI DIPUSATKAN DI SITUS RESMI INI, BAGI SISWA-SISWI SMKN 5 SURABAYA SILAHKAN KOORDINASI DENGAN GURU PAI MASING-MASING UNTUK BERSAMA-SAMA MEMBERDAYAKAN SITUS INI DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH # .....

Rabu, 18 Maret 2020

BAB 8 KELAS XI - DAKWAH ITU WAJIB

SAMPAIKAN DARIKU WALAU SATU AYAT

A.    Khutbah
Hasil gambar untuk DAKWAH INDAHKhutbah ialah ceramah yang dilakukan sebelum pelaksanaan sholat jum’at yang memilki syaraat-syarat dan rukun tertentu dan dilakukan oleh laki-laki yang disebut Khatib
1.      Syarat Khatib
    Salah satu syarat sahnya mendirikan sholat jum’at ialah harus didahului 2 khutbah oleh khatib dengan ketentuan :
    a.  Muslim yang telah baligh, berakal sehat dan taat beribadah
    b.  Mengetahui syarat dan rukun dan sunnah khutbah
    c.  Suci dari hadats dan najis baik badan maupun pakaian serta tertutup auratnya
    d.  Fasih mengucapkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits
    e.  Memiliki akhlak yang baik, tidak tercela dimata masyarakat dan tidak terbiasa               melakukan dosa
    f.  Berpenampilan baik rapi dan sopan.
2.      Syarat-Syarat Khutbah
     a.  Disampaikan sesudah waktu masuk dhuhur 
     b.  Berdiri bila mampu
     c.  Suara khatib harus jelas, keras dan dapat didengar oleh jama’ah agar mendengar nasehat dan wasiatnya, untuk masa sekarang menggunakan pengeras suara televisi atau monitor merupakan hal yang tidak dapat dihindari (sehingga jama’ah yang berada jauh atau diruang lain dapat melihat khatib)
     d.  Duduk diantara dua khutbah
     e.  Tertib yakni berturut-turut antara khutbah pertama dan kedua sabda rasulullah SAW :
كَانَ  رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ قَائِمًا وَيَجْلِسُ بَيْنَ الْخُطْبَتَيْنِ (رواه الجماعة الا البخاري و الترمذى)
“Rasulullah SAW berkhutbah dengan berdiri dan beliau duduk diantara  khutbah” (HR. Jama’ah kecuali Bukhari dan Turmudzi)
           Sabda Rasulullah SAW lagi :
كَانَ  رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا خَطَبَ اِحْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلَاصَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَاَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍصَبَاحَكُمْ وَمَسَاءَكُمْ (رواه مسلم وابن ماجه)
            “Bila Rasulullah SAW berkhutbah, kedua matanya merah, suaranya keras dan semangatnya tinggi bagai seorang panglima yang memperingatkan kedatangan musuh yang menyergap dikala pagi atau sore” (HR. Muslim dan Ibnu Majah )
3.      Rukun Khutbah
     a.   Membaca hamdalah pada kedua khutbah.
     b.  Membaca Syahadatain
     c.   Membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
     d.  Berwasiat taqwa kepada jama’ah, berisi ajakan meningkatkan iman, taqwa, ibadah serta nasihat agar beramal saleh yang bermanfaat bagi kehidupanya.
     e.   Membaca ayat suci Al-Qur’an
     f.   Berdo’a pada khutbah kedua memohon ampunan, kesejahteraan dan keselamatan bagi kaum muslimin dan muslimat dunia dan akhirat
4.      Sunnah Khutbah
     a.   Khutbah disampaikan di tempat yang lebih tinggi atau di atas mimbar.
     b.  Khutbah disampaikan dengan kalimat yang jelas, sistematis dan temanya sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi.
     c.   Khatib dalam menyampaikan khutbahnya diperpendek, jangan terlalu panjang, sebaliknya shalat Jum’at yang diperpanjang .
     d.  Khatib membaca surat Al-Ikhlas ketika duduk diantara dua khotbah
     e.   Khatib hendaknya menertibkan rukun-rukun khutbah, yaitu dari membaca hamdalah sampai rukun khutbah yang terakhir dengan berdo’a untuk kaum muslimin.
5.      Adab shalat Jum’at
     a.   Hendaklah berangkat ke masjid lebih awal, hindari datang sesudah imam memulai khutbahnya.
     b.  Mengisi shaf yang kosong, kemudian mengerjakan shalat “Tahiyatul Masjid” sebanyak dua rakaat
     c.   Memperbanyak dzikir, berdo’a, membaca shalawat atau membaca Al-Qur’an dengan suara pelan sebelum imam naik ke mimbar
     d.  Mendengarkan khutbah, tidak boleh bicara, menegur jama’ah, mengantuk atau tidur sehingga tidak mengetahui isi khutbah.
     Sabda Rasulullah SAW :
اِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ اَنْصِتْ وَالْاِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ (رواه البخارى و مسلم)
“Apabila Engkau berkata kepada temanmu pada hari jum’at : ”Diamlah” padahal imam sedang menyampaikan khutbahnya maka jum’atmu akan sia-sia.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
6.      Praktek khutbah Jum’at
     a.   Membuat makalah atau naskah praktek khutbah Jum’at. sebelumnya perhatikan hal-hal sebagai berikut :
          -    Di daerah mana kita akan berkhutbah
          -    Waktu untuk menyampaikan materi 20 menit
          -    Materi disesuaikan dengan permasalahan dan kondisi yang terjadi di masyarakat.
          -    Susunlah makalah khutbah pertama dan kedua
          -    Siswa-siswi semuanya wajib membuat makalah
     b.  Makalah Jum’at sebaiknya diperiksa terlebih dahulu oleh guru pendidikan agama Islam untuk saran dan perbaikan .
     c . Siswa-siswi tampil mendemonstrasikan diri sebagai khatib secara bergiliran sedang yang lain sebagai jama’ah
     d.  Diantara siswa-siswi mengadakan diskusi dan evaluasi atas penampilan siswa-siswi lainya.
     e.  Siswa yang berpenampilan terbaik ditinjau dari gaya dan materinya dapat diajukan menjadi khatib sungguhan di Mushala sekolah atau masjid sekitar.
     f.  Contoh kerangka makalah Khutbah Jum’at.


1)      Khutbah (pertama)
       a.  Khatib berdiri dimimbar sambil mengucapkan salam.
       b.  Duduk tatkala dikumandangkan adzan
       c.  Selesai adzan khatib berdiri dan membaca rangkaian rukun khutbah :
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. صلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَعَلى الِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْن. اما بعد يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
       d.  Memberi wasiat , hendaklah disesuaikan dengan situasi dan kondisi dalam memberi wasiat ini hendaklah membaca Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar wasiat dalam menyampaikan khutbah
       e.  Penutup khutbah I (pertama)                                                                                                  
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. وَقُل رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْن
2)      Khutbah II (kedua)
a)      Selesai Khutbah pertama khatib duduk sebentar (sebaiknya berdo’a, mohon ampun bagi kedua orang tua)
b)      Untuk khutbah kedua boleh menyampaikan kesimpulan khutbah I (pertama) setelah membaca hamdalah, dua kalimat syahadat dan shalawat Nabi Muhammad SAW (seperti pada khutbah pertama diatas).
c)      Setelah itu diakhiri dengan membaca do’a :
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
d)     Kalimat penutup khutbah kedua :
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
e)      Khatib turun dari mimbar dan bersamaan dengan itu muadzin mengumandangkan iqamah

B.     Dakwah dan Tabligh
1.      Pengertian
            Kata Tabligh menurut bahasa berarti menyampaikan. Artinya menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah kepada umat manusia sebagai pedoman kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena itu, isi dari tabligh adalah ajakan kepada amar ma’ruf nahi mungkar . Dalam Islam kegiatan tabligh merupakan hal yang sangat penting. Rasulullah dan para sahabat telah melakukan kegiatan tabligh untuk mengenalkan ajaran Islam kepada masyarakat Quraisy. Hingga mereka mengetahui ajaran Islam hanya berdiri di tempat, tidak tersebar dan diketahui oleh banyak orang. Dengan alasan inilah, salah satu sifat Rasulullah adalah tabligh. Sebab, Rasul adalah seorang utusan Allah untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya.
            Anjuran untuk kegiatan tabligh sebagaimana termuat dalam ayat berbunyi :
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”(QS. Al-Maidah {5}:67)

            Jika pada ayat diatas tugas tabligh hanya merupakan tugas rasul, maka untuk seterusnya tugas ini menjadi tanggung jawab setiap muslim. Tabligh biasanya diistilahkan juga dengan dakwah. Menurut bahasa dakwah berasal dari bahasa arab yaitu kata:  
            Yang mempunyai arti memanggil, menyeru dan mengajak.dalam istilah khusus dakwah diartikan semua kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman serta taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis akidah, syariah dan akhlak islamiyah.dari sini dapat dipahami bahwa dakwah bisa mengajak orang yang berbeda akidah agar mau menganut akidah islamiyah, bisa mengajak orang yang seakidah agar mau kembali menjalankan ajaran yang benar.  Orang yang melakukan pekerjaan dakwah disebut dengan da’i.
            Dakwah islamiyah menjadi pilihan paling tepat dan solusi utama agar masyarakat mau kembali berbuat kebajikan, sebagaimana perintah Allah SWT, ayat yang berbunyi :
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
       “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”(QS. Al-imran {3}:104)

            Dengan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa antara tabligh dan dakwah terdapat kemiripan. Keduanya berisi ajakan kepada orang lain untuk berbuat kebajikan dan mencegah terjadinya kemungkaran. Tetapi, meskipun kegiatan tabligh dan dakwah ini sangat penting bukan berarti kita harus memaksakan orang lain agar mau mengikuti ajaran kita. Dalam tabligh maupun dakwah tidaklah berlaku pemaksaan. Ini tercermin dalam firman Allah Surat Al-Baqarah {2} :256 yang artinya :”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat….” Dengan demikian , dakwah dengan cara mengintimidasi, apalagi dengan kekerasan sangatlah dilarang. Karena itu, maka membutuhkan metode dan tahapan tertentu agar tabligh atau dakwah ini dapat efektif disampaikan ditengah masyarakat.
            Meskipun tabligh maupun dakwah berupa ajakan kepada orang lain agar mau melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran, tetapi keduanya juga harus dimulai dari diri sendiri. Dalam hal ini maka tabligh dan dakwah dapat dilakukan dengan “bil hal”. Caranya dengan membiasakan diri untuk berakhlak terpuji seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW kepada kita. Selain itu, dapat juga dengan dakwah secara langsung ditengah masyarakat atau melalui media informasi pendukung semisal radio, televisi, koran, internet dan sebagainya.
2.      Teknik Berdakwah
       Salah satu cara berdakwah yang sangat penting adalah berceramah. Cara ini dilakukan secara umum kepada objek dakwah yang menjadi audien kita. Kejadian buruk dalam berceramah seperti : gugup, nervous, “demam panggung” atau apapun namanya, tentunya tidak ingin kamu alami. Kamu tentu juga tidak ingin setalah mengucapkan kata amma ba’du bibirmu menjadi terkunci, napas tiba-tiba sesak dan seluruh badanmu menjadi berkeringat.
       Kita sering menyaksikan seseorang yang berceramah dengan sangat percaya diri. Sayangya ia kurang memahami materi yang disampaikan. Bahkan, untaian kalimat yang terucap jika diperhatikan secara seksama, ternyata tidak tersambung antara satu bahasan dengan yang lainya. Inilah bukti bahwa persiapan mental saja tidaklah cukup, tetapi penguasaan materi juga harus diperhatikan
       Oleh karena itu dalam berceramah membutuhkan persiapan-persiapan khusus sehingga nantinya dalam menyampaikan materi dakwah tidak mengalami masalah-masalah yang telah disebutkan tadi. kesuksesan dalam penyampaian materi sangat ditentukan oleh persiapan.
     a.  Persiapan Mental
          Dalam berceramah yang menjadi kebutuhan pokok adalah keberanian seseorang untuk melakukanya. Seseorang yang tidak berani tampil didepan umum, akan kesulitan jika harus menyampaikan gagasanya dihadapan orang lain. Bukan hanya menyampaikan dengan baik, mengucapkan kata-kata saja bagi orang yang tidak terbiasa untuk bicara didepan umum pasti akan kesulitan.
          Dalam rangka membangun keberanian mental ini bisa dilakukan dengan cara, pertama meningkatkan keimanan. Ajaran pokok keimanan adalah menyakini bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah  SWT. Berarti juga kamu perlu yakin bahwa kamu tidak perlu takut berhadapan dengan selain Allah, termasuk ketika berhadapan dengan orang lain/orang yang ada di depanmu ketika menyampaikan ceramah.
          Kedua, Berakhlak mulia. Dengan akhlak mulia seseorang akan memilki kepercayaan diri penuh karena kita akan dihormati oleh orang lain. Kita juga tidak khawatir disebut “Pengobral” kata-kata tanpa mau melaksanakan.
          Ketiga menumbuhkan auto sugesti dalam diri sendiri. Auto Sugesti yang berati menumbuhkan kepercayaan diri penuh bahwa dirinya akan mampu melakukan apa yang diinginkan. Dalam hal ini yakni keberanian untuk berpidato di depan umum. Jika keyakinan telah pada pada dirimu, tanpa disadari kita pun menjadi bisa melakukan apa yang semula dianggap sulit.
     b.  Persiapan Teknis
          Persiapan teknis disini berarti persiapan yang mencakup bagaimana proses berbicara dimuka umum, apakah pendahuluan yang perlu disampaikan, bagaimana isi uraian ceramah, dan apa kesimpulanya. Lebih dari itu, kamu juga harus mempersiapkan peralatan teknis yang dibutuhkan ketika tampil.
          Persiapan yang paling sederhana misalnya, kita perlu membuat pokok isi ceramah dalam bentuk catatan yang berisi pendahuluan, pokok ide, materi bahasan dan kesimpulan.
     c.  Persiapan Fisik (jasmaniah)
          Selain persiapan mental dan teknis dalam berpidato atau berceramah, kita masih membutuhkan persiapan fisik. Apa pentingnya persiapan fisik ? ternyata, kondisi fisik sangat berpengaruh pada penampilan seseorang ketikan berceramah.      
          Sebagus apapun materi yang akan dsampaikan, jika tanpa disertai dengan penampilan yang menyakinkan dari penceramah, pasti ceramahnya tidak akan menarik bagi audiens. Kondisi fisik yang prima dan menyakinkan akan memengaruhi psikologis audiens untukmendengarkan ceramahnya. Selain itu ada kalanya ketika seorang penceramah perlu menjelaskan isi ceramahnya dengan bahasa tubuh. Contohnya jika topik ceramah yang diangkat bertema perjuangan, maka gerakan-gerakan tangan untuk memberi semangat bagi audien sangat diperlukan. demikian juga contoh lainya, karena itulah kondisi fisik yang prima mutlak diperlukan oleh seorang penceramah.
           
Kesuksesan dalam berceramah diyakini sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam mempersiapkanya. Bahkan ketika Demokritos  (seorang filsuf Yunani) ditanya tentang syarat berceramah ia menjawab dengan tiga hal : pertama persiapan, kedua persiapan, dan ketiga persiapan. Tampaklah, ketiga syarat tersebut hanya menyebutkan kata persiapan. Karena itu jika ingin sukses dalam berceramah maka, lakukan persiapan secara sempurna.  

0 komentar:

Posting Komentar

gpaismkn5sby. Diberdayakan oleh Blogger.