# SELAMAT DATANG DI SITUS RESMI GURU MAPEL PAI SMKN 5 SURABAYA, NGAJI SEPANJANG HAYAT | INFO : SELAMA MASA PEMBELAJARAN DI RUMAH, PEMBELAJARAN PAI DIPUSATKAN DI SITUS RESMI INI, BAGI SISWA-SISWI SMKN 5 SURABAYA SILAHKAN KOORDINASI DENGAN GURU PAI MASING-MASING UNTUK BERSAMA-SAMA MEMBERDAYAKAN SITUS INI DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH # .....

Sabtu, 21 Maret 2020

AKHLAQ DI ATAS ILMU

Hasil gambar untuk akhlaq di atas ilmu
oleh : M. Alfithrah Arufa


Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, tentu saja kita harus mau belajar, mau mengaji dan mau menimba ilmu. Seluruh ilmu yang dapat menjadikan kita bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah. Baik itu berupa ilmu-ilmu ibadah mahdoh, seperti tata cara sholat, membaca Al-Qur’an, berpuasa dan berhaji. Ataupun ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya.

Kata “Ilmu” itu berasal dari Bahasa Arab ‘Alima, Ya’lamu, ‘Ilman, yang berarti “Mengerti sesuatu”. Atau juga berasal dari kala ‘allama yang berarti “memberi tanda atau petunjuk” yang berarti pengetahuan. Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia Setiap orang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu, hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW :

طَلَبُ اْلعِلْمْ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim.”
Dengan semakin sering kita menuntut ilmu, maka kita akan lebih banyak tahu tentang banyak hal. Meski benar bahwa prioritas dalam menuntut ilmu adalah mempelajari ilmu agama, khususnya ilmu iman dan islam serta ilmu mengenal Allah. Namun umat Islam tidaklah boleh begitu saja mengabaikan ilmu-ilmu lainnya. Karena tanpa ilmu, umat Islam hanya akan menjadi terbelakang dibandingkan dengan umat-umat lain di muka bumi ini.


Imam Hasan Al-Bashri pernah berpesan :
مَنْ لَا أَدَبَ لَهُ لَا عِلْمَ لَهُ وَ مَنْ لَا صَبَرَ لَهُ لَا دِيْنَ لَهُ وَ مَنْ لَا وَرَعَ لَهُ  لَا زُلْفَى لَه
Siapa yang tidak memiliki kesopanan (akhlaq) pertanda ia orang yang tidak berilmu, siapa yang tidak memiliki kesabaran pertanda ia tidak menghayati agamanya, siapa yang tidak memiliki kewaspadaan dan sikap kehati-hatian, pertanda ia tidak memilki keutamaan.

Mari kita renungkan bersama :
1.    Siapa yang tidak memiliki kesopanan (akhlaq) pertanda ia orang yang tidak berilmu.

Dunia teknologi informasi yang terus berlari dengan cepat merupakan udara segar bagi yang mengerti ilmu bernafas dengan udara teknologi informtika tersebut, tahu dalam memanfaatkan ilmu yang ada dan tahu cara mendapatkan ilmu di dalamnya. Hal ini tentu berbeda bagi orang-orang yang sulit menghirup udara teknologi dengan cara yang baik, bahkan menjadi bagian menyesakkan di dada. Lebih dari itu orang yang tidak berilmu hanya akan menjadi bagian bahkan sasaran yang “dirusak” dan akan “merusak” lingkungan sekitarnya, dan orang-orang disekitarnya.
Rusaknya dunia pendidikan bukan karena kurangnya ilmu di dalamnya tapi kurangnya akhlaq, terkikisnya adab hamba pada Alllah, kurangnya etika pada Rasulullah SAW, hancurnya etika murid pada guru, buruknya etika anak pada orang tua, dan etika kaum pada pemimpinnya. Yang sudah barang tentu mayoritas mereka semua adalah bagian yang ikut terlibat dalam proses pendidikan di negeri ini.

Maka kita memiliki Tugar besar bersama-sama yang belum terselesaikan hingga detik ini dalam pendidikan, bukan sekedar membaguskan kecerdasan otak dan skil semata, namun mari bersama-sama memprioritaskan nilai-nilai Akhlaq dari pada sekedar sampainya ilmu.

Seperti perkataan Abdullah bin Mubarak, ulama sufi; dikutip dari Adabul ‘Âlim wal Muta‘allim karya Hadratussyekh Hasyim Asy’ari

نَحْـنُ إِلَى قَلِيْــلٍ مِــنَ اْلأَدَبِ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَى كَثِيْرٍ مِنَ اْلعِلْمِ
“Kita lebih membutuhkan adab (meskipun) sedikit dibanding ilmu (meskipun) banyak.” []

Sering kita mendengar bahwa di antara ciri yang membedakan manusia dari binatang adalah akal atau ilmu. Pernyataan ini tidak keliru. Tapi mesti digarisbawahi, di atas ilmu ada yang lebih urgen, yakni adab atau akhlak. Sebab, ilmu seberapapun banyaknya tanpa disertai adab yang baik akan menjerumuskan manusia dalam perilaku binatang, atau mungkin lebih rendah. Betapa banyak peperangan, kesewenang-wenangan kekuasaan, kerusakan alam, atau sejenisnya muncul justru karena ditopang kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi zaman sekarang. Karena itu, yang paling mendasar dibutuhkan bagi peradaban manusia adalah adab. Ilmu memang sangat penting, tapi pondasi berupa akhlak jelas lebih penting. Karena akhlaklah yang menyelamatkan manusia dari keserakahan, kezaliman, kekejaman, keangkuhan, kebencian, dan sifat-sifat tercela lainnya.

2.    siapa yang tidak memiliki kesabaran pertanda ia tidak menghayati agamanya

اِذَا اَحَبَّ اللهُ عَبْدًا اِبْتَلَاهُ, فَاِنْ صَبَرَ اجْتَبَاهُ وَانْ رَضِيَ اصْطَفَاهُ
jika Allah swt mencintai seseorang maka Ia akan mengujinya. kalau orang itu sabar, maka Allah swt akan menjadikannya orang mulia (mujtaba). Dan jika ia ridha (rela) maka Allah swt akan menjadikannya sebagai orang pilihan yang istimewa (musthafa).

Jika diperhatikan dengan seksama maka sesungguhnya Allah swt mencintai kita. Hampir semua umat muslim di dunia ini selalu dalam ujian-Nya. Ada yang diuji dengan kegemerlapan dan kekayaan harta, ada yang diuji dengan kekurangan uang. Ada yang dicoba dengan jabatan. Ada pula yang diuji dengan kondisi keluarga. Dan masih banyak lagi ujian-ujian lainnya. Namun demikian, jarang dari kita yang sadar bahwa segala fenomena di sekitar kita pada hakikatnya adalah cobaan yang berfungsi sebagai ujian kehidupan. Bagaimanakah seseorang menyelesaikan ujiannya? Bagaimanakah proses penyelesian itu. Sebagaian dari kita melenggang menyelesaikan ujian dengan caranya sendiri. Dan sebagian yang lain menyelesaikan ujian sesuai dengan petunjuk dan aturan syariah. Dan ada lagi yang malah menikmati ujian itu dengan membiarkannya tanpa ada usaha penyelesaian.

maka pada hakikatnya cobaan itu tidak hanya berbentuk kesulitan, namun kesenangan dan kebahagiaan juga sebuah ujian, kemasyhuran dan kehinaan juga cobaan.
Karena itu Ibn Abbas berkata sebagaimana dikutip oleh Imam Ghazali dalam Ihya ulumuddin bahwa sabar menurut al-Qur’an hanya ada tiga macam.
Pertama, sabar kepada kewajiban-kewajiban Allah.
Kedua, sabar menghindar dari larangan Allah swt.
Ketiga, sabar terhadap musibah Allah swt.

dan kesabaran ketiga inilah yang memiliki derajat paling luhur. Dari ketiga bentuk ini Imam al-Qusyairi dalam kitabnya meyebutkan bahwa sabar ada dua macam, yaitu sabar terhadap sesuatu yang sedang diupayakan dan sabar terhadap sesuatu yang ada tanpa diupayakan.

3.    siapa yang tidak memiliki kewaspadaan dan sikap kehati-hatian, pertanda ia tidak memilki keutamaan.

Berhati-hatilah jika hendak berbuat sesuatu (makan, minum dan berpakaian misalnya) agar terhindar dari sesuatu yang dilarang Agama, akhirnya derajat kita menjadi hina di depan manusia terutama di hadapan Allah Swt.

Mari kita belajar dari kisah para ulama salaf ;
Imam Ahmad bin Hanbal suatu hari menggadaikan sebuah timba miliknya kepada seorang tukang sayur di kota Makkah. Hingga ketika sudah merasa mampu untuk membayar hutangnya, beliau pun pergi ke kota suci itu untuk menebus kembali timba yang ia gadaikan itu. Tapi di luar dugaan Imam Ahmad, setelah keduanya bertemu, penjual sayur itu mengeluarkan dua buah timba yang sama seraya berkata kepada Imam Ahmad, "Ambil saja salah satu dari kedua timba ini, terserah mau pilih yang mana yang anda suka," kata penjual sayur. "Aku jadi bingung mana dari dua buah timba ini yang merupakan milik saya. Ambil saja timba itu dan ini uang dirham untuk membayar hutangku," jawab Imam Ahmad bin Hanbal.
Begitulah kehati-hatian (wira’i) sikap Imam Ahmad, rela tak mengambil barang yang sebenarnya menjadi haknya karena sebab kemiripan tersebut, khawatir jangan-jangan timba yang akan dipilihnya ternyata bukan miliknya.

Suatu hari Ibrahim bin Adham ditanya oleh seseorang, "Kenapa Tuan tidak ikut minum air zamzam?” "Seandainya aku membawa timba sendiri, niscaya aku akan menimba dan meminumnya", jawab Ibrahim bin Adham.

Lagi-lagi Ibrahim bin Adham meski mengetahui bahwa meminum air zamzam adalah juga sesuatu yang dianjurkan oleh syariat, tapi lantaran Ia belum mengetahui secara jelas siapa pemilik timba yang akan digunakan untuk mengambil air zamzam tersebut, maka Ibrahim bin Adham lebih memilih untuk tidak meminumnya.

Satu ketika, Imam Hanifah itu tidak berkenan duduk atau berteduh di terasnya orang yang sedang mempunyai utang kepada Abu Hanifah. Sebab apa? Alasan Abu Hanifah tidak mau berteduh adalah:
اِنَّ عِنْدَهُ لِيْ قَرْضًا وَكُلُّ قَرْضٍ جَرَّ نَفْعًا فَهُوَ رِبًا. وَجُلُوْسِيْ فِيْ ظِلِّ جِدَارِهِ اِنْتِفَاعٌ بِهِ
Artinya, “Sesunggunya dia mempunyai hutang kepadaku. Padahal aturannya, setiap hutang-piutang yang menarik sebuah keuntungan di salah satu pihak, itu termasuk riba. Nah, dudukku berteduh di bawah naungan orang tersebut berarti saya mengambil sisi manfaat darinya,”

Masih banyak lagi kisah lainnya, pada prinsipnya kehati-hatian semacam itu dapat membuat kita mendapatkan keutamaan

Semua pemaparan tadi, akan menjadi hal biasa yang lewat begitu saja, semoga kita mendapatkan keutamaan untuk bisa istiqamah menjaga hal tersebut,

أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amal (kebaikan) yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu meski sedikit.” (HR Muslim)

Keberlanjutan sebuah amal kebaikan penting karena itu menunjukkan konsistensi dari niat dan keteguhan dalam berbuat. Di sini kaulitas sebuah perbuatan tidak dinilai dari jenis kebaikannya tapi kesinambungannya. Amal baik akan melahirkan amal baik berikutnya. Amalan yang besar namun berhenti di tengah jalan tak lebih baik dari amalan kecil namun berlangsung terus-menerus. Karena yang kecil tapi lestaris suatu saat akan menjadi besar, sementara yang besar tapi stagnan bisa terkikis pelan-pelan.

Semoga kita dimudahkan oleh Allah Swt untuk senantiasa mendapatkan Istiqmah membarikan dan mencari Ilmu yang diridhai Allah dengan hasil Akhlaqul Karimah, senaniasa menjadi hamba yang sabar dalam mengharap ridha Allah, serta dikuatkan untuk berhati-hati dalam bersikap agar tidak terjerat dalam perkara Subhat terlebih lagi perkara Haram.

0 komentar:

Posting Komentar

gpaismkn5sby. Diberdayakan oleh Blogger.